Mungkin saja, ada anggapan pada sebagian pelaku demo sekarang, bahwa demo tak perlu repot repot. Yang penting demo saja dulu urusan belakangan.
Anggapan seperti inilah yang terkadang beresiko saat demo dilakukan. Di lapangan yang terjadi justru sebaliknya.Â
Kasus kekerasan  yang terjadi pada Ade Armando adalah bukti bagaimana provokasi telah menggerus tujuan utama demo mahasiswa. Publikasi tentang kekerasan justru mendominasi ruang publik dibanding tuntutan pendemo.
Tugas mahasiswa sebagai kaum intelektual adalah menyuarakan kebenaran dan keadilan untuk kebaikan Bangsa dan Negara. Penyalurannya bisa dalam bentuk aksi demo dan bisa juga berdialog langsung dengan Pemerintah.
Salah satunya yang dilakukan kelompok mahasiswa yang tergabung dalam Kelompok Cipayung Plus yang memilih berdialog langsung dengan Presiden Jokowi secara bernas, terkait kebijakan dan kondisi krusial Bangsa dan Kemasyarakatan yang harus menjadi perhatian serius Pemerintah.
Demokrasi telah menjamin penyampaian pendapat selama dilakukan secara bertanggung jawab. Mau aksi demo atau berdialog langsung silahkan, selama gagasan yang disampaikan logis, konstruktif dan konstitusional.
Namun jika mengedepankan aksi kekerasan, maka  bukan saja menggerus kapasitas mahasiswa sebagai kaum intelektual, namun juga mencederai peradaban demokrasi kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H