Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Pembelajaran dari Demo Mahasiswa Terprovokasi Aksi Kekerasan

12 April 2022   12:59 Diperbarui: 13 April 2022   04:15 1127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan konsolidasi tersebut Korlap sudah punya bahan datatis, berapa massa aksi yang turun dan Organ mana saja yang bergabung. Jika melibatkan massa diluar mahasiswa, maka harus jelas Organnya, jumlah massanya serta siapa penanggungjawabnya.  

Sampai di sini muncul pertanyaan kalau melibatkan massa dari luar, apa urgensinya. Apakah tidak akan terjadi resisten jika demo kaum intelektual dikombinasikan dengan massa bukan mahasiswa. Apakah bisa menjamin tidak akan membias dan  mengarah pada adanya anarkisme.

Perlu diingat massa tanpa Organ dan penanggungjawab yang berbaur dalam demo mahasiswa sangat berpotensi terprovokasi. 

Karena massa tersebut tidak ikut dalan setting aksi, sehingga dominan tidak mengetahui tujuan demo. Makanya massa yang bergabung dalam aksi demo perlu untuk di-tracking.

Ini penting agar ketika terjadi kekerasan, akan mudah memilah pelaku adalah bagian dari aksi demo atau bukan. Kalau benar bergabung akan terlacak dari Organ mana dan siapa Penanggungjawabnya. Hal ini bisa terjadi jika aksi demo didesain dengan matang dengan simpul massa yang terorganisir baik.

Aksi demo mahasiswa  11 April di depan Gedung DPR RI. Doc Kompas.com
Aksi demo mahasiswa  11 April di depan Gedung DPR RI. Doc Kompas.com

Pelajaran kedua adalah pentingnya tanda pengenal yang dikenakan oleh simpul massa demi keamanan bersama. Biasanya tanda pengenal ini berupa pita yang terpasang di baju atau almamater massa aksi. Atau bisa juga berupa gelang tali di pergelangan tangan.

Dengan tanda pengenal ini, maka dipastikan terdeteksi oknum yang bukan bagian dalam aksi demo. Selain itu peserta demo saling mengenal dan menjaga kerapatan agar simpul aksi tidak mencair dan disusupi oknum tidak bertanggung jawab yang bertujuan memperkeruh suasana.

Pelajaran ketiga adalah penggunaan alat peraga aksi. Narasi dalam alat peraga haruslah relevan dengan isu yang dibawa dalam demo. Narasi boleh kritis, namun relevan, bukan sebaliknya tidak terkait dengan isu demo.

Seringkali narasi dalam alat peraga justru membias pada narasi yang bersifat vulgar dan antagonistik. Mungkin tujuannya ingin menghibur, namun saat dishare ke media sosial, menimbulkan antipati publik. Pada akhirnya esensi demo menjadi kehilangan makna, karena persepsi yang muncul di ruang publik justru bertolak belakang.

Pembelajaran diatas mungkin terkesan ideal untuk ukuran demo mahasiswa. Mungkin karena terlanjur ideal, sehingga sengaja dikesampingkan agar tidak membuat ribet. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun