Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pertaruhan Geopolitik Ukraina, Ditinggal NATO saat Diinvasi Rusia

28 Februari 2022   10:16 Diperbarui: 28 Februari 2022   10:35 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang tidak ada yang salah dengan kebijakan geopolitik Ukraina. Tiap tiap negara memiliki gagasan untuk menentukan nasib negaranya. Mau bergabung ke NATO jika dianggap baik bagi negara tersebut, tidak ada yang berhak mengintervensi.

Yang salah adalah Rusia yang memulai invasi dan bisa memicu perang dunia ketiga. Invasi yang dilakukan Rusia yang disebut Putin sebagai Operasi Khusus, tak bisa dibenarkan demi alasan kemanusiaan. Alasan Ukraina harus keluar dari NATO karena alasan histori dan politik kawasan, juga tak bisa diterima.

Ancaman sekutu NATO terhadap Rusia tidak mempan sama sekali. Dan fatalnya NATO tidak bertindak nyata saat militer Rusia menggempur Ukraina. Tidak terlihat upaya perlindungan terhadap warga Ukraina saat menghadapi serangan.

Soal kesendirian Ukraina saat diinvasi Rusia, disampaikan langsung Presiden Volodymyr Zelensky. "Kita ditinggal sendirian untuk membela negara kita," kata Zelensky dengan raut wajah memelas.

Tak terlihat pergerakan militer NATO dalam merespon serangan Rusia. Not Action Talk Only. Hanya ancaman sanksi ekonomi yang bisa dilakukan kepada Rusia, namun tak bisa dikonversi dalam tindakan militer yang tegas.    

Juga tidak ada skema antisipasi dari NATO terhadap warga Ukraina yang berbondong bondong mengungsi keluar dari negaranya. Wahai NATO dan PBB dimana dirimu. Lihatlah Ukraina menanggung sendiri beban penderitaan warganya.

NATO terlena dengan strategi menarik mundur militer Rusia di perbatasan Ukraina seolah olah akan membatalkan serangan. Namun ternyata itu hanyalah siasat bulus untuk menginvasi Ukraina. Rusia menyerang Ukraina di depan mata NATO.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Doc FB Volodymyr Zelensky/Via CNN
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Doc FB Volodymyr Zelensky/Via CNN

Tak ada kamus hoaks dari Rusia jika sudah menyangkut soal perang. Sejarah perang dunia kedua mencatat, bagaimana Rusia yang dulu bagian dari Uni Soviet menaklukan Nazi Jerman di tahun 1945 dalam serangan bergelombang yang mematikan.

Kini seberapa besar kekuatan militer Ukraina digabung dengan warga sipilnya, tidak akan seimbang menghadapi kekuatan militer Rusia yang memiliki perlengkapan perang canggih. Kehancuran Ukraina akan semakin menjadi, jika masih bertahan dengan kebijakan geopolitiknya. Ditambah lagi NATO yang memilih diam tidak bertindak nyata.

Ada baiknya Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menerima tawaran dialog damai dari Rusia demi kepentingan kemanusiaan dan mencegah pertumpahan darah. Dimana pun tempat dialog, apakah di Warsawa, Belarusia atau tempat lain, tidak masalah demi keselamatan negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun