Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pertaruhan Geopolitik Ukraina, Ditinggal NATO saat Diinvasi Rusia

28 Februari 2022   10:16 Diperbarui: 28 Februari 2022   10:35 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi Ukraina saat diinvasi Rusia. Doc Getty Images/Chris McGrath 

Apes benar nasib Negara Ukraina yang sudah mempertaruhkan geopolitik luar negerinya ke North Atlantic Treaty Organization (NATO). Berharap mendapat dukungan militer, ternyata ditinggal sendiri saat diinvasi negara Rusia.

Kenyataan pahit pun diterima Ukraina. Negaranya porak poranda diterjang serangan roket yang ditembakkan oleh militer Rusia. Selain itu sebanyak ratusan warga sipil tewas, akibat invasi mendadak negara yang dipimpin Vladimir Putin.

Belum lagi banyak warga Ukraina yang kini mengungsi keluar dari negaranya, untuk menyelamatkan diri dari serangan roket. Terhitung sekitar ratusan ribu warga yang pergi mengungsi menuju negara tetangga, seperti Polandia, Moldova dan negara lainnya.

Warga terutama kaum perempuan dan anak anak  yang tak berkendaraan, terpaksa memilih berjalan kaki sejauh puluhan kilometer ke negara tetangga, asal bisa terhindar dari invasi.

Bisa dibayangkan betapa menderitanya warga Ukraina terutama kaum perempuan dan anak anak akibat invasi yang dilakukan militer Rusia. Para manusia tidak berdosa itu, harus mencari selamat agar tidak tewas percuma.

Beberapa foto yang beredar di media sosial, memperlihatkan anak anak di Ukrania  berada di jalan memegang poster bertuliskan Stop War In Ukraine. Juga foto warga yang tengah mengungsi keluar dari ibukota Ukraina Kiev, menggambarkan adanya kecemasan dan kepanikan luar biasa akibat adanya invasi.

Warga Ukraina berjalan kaki saat mengungsi. Doc Reuters
Warga Ukraina berjalan kaki saat mengungsi. Doc Reuters

Sangat tragis melihat anak kecil di Ukraina meminta stop perang, tapi penguasa negara menutup telinga dan tetap menabuh genderang perang. Memangnya Vladimir Putin peduli dengan permintaan anak anak tersebut. Yang ada di kepalanya, Ukraina harus menyerah jika tidak ingin perang berlanjut.

Inilah pertaruhan beresiko geopolitik Ukraina yang memilih bergabung dengan NATO. Menjadi anggota NATO di beranda teritori Rusia, harus dibayar mahal dengan adanya puncak kemarahan Vladimir Putin yang tidak dapat menerima Ukraina bergabung ke NATO dimana Amerika Serikat sebagai sekutunya.

Memang tidak ada yang salah dengan kebijakan geopolitik Ukraina. Tiap tiap negara memiliki gagasan untuk menentukan nasib negaranya. Mau bergabung ke NATO jika dianggap baik bagi negara tersebut, tidak ada yang berhak mengintervensi.

Yang salah adalah Rusia yang memulai invasi dan bisa memicu perang dunia ketiga. Invasi yang dilakukan Rusia yang disebut Putin sebagai Operasi Khusus, tak bisa dibenarkan demi alasan kemanusiaan. Alasan Ukraina harus keluar dari NATO karena alasan histori dan politik kawasan, juga tak bisa diterima.

Ancaman sekutu NATO terhadap Rusia tidak mempan sama sekali. Dan fatalnya NATO tidak bertindak nyata saat militer Rusia menggempur Ukraina. Tidak terlihat upaya perlindungan terhadap warga Ukraina saat menghadapi serangan.

Soal kesendirian Ukraina saat diinvasi Rusia, disampaikan langsung Presiden Volodymyr Zelensky. "Kita ditinggal sendirian untuk membela negara kita," kata Zelensky dengan raut wajah memelas.

Tak terlihat pergerakan militer NATO dalam merespon serangan Rusia. Not Action Talk Only. Hanya ancaman sanksi ekonomi yang bisa dilakukan kepada Rusia, namun tak bisa dikonversi dalam tindakan militer yang tegas.    

Juga tidak ada skema antisipasi dari NATO terhadap warga Ukraina yang berbondong bondong mengungsi keluar dari negaranya. Wahai NATO dan PBB dimana dirimu. Lihatlah Ukraina menanggung sendiri beban penderitaan warganya.

NATO terlena dengan strategi menarik mundur militer Rusia di perbatasan Ukraina seolah olah akan membatalkan serangan. Namun ternyata itu hanyalah siasat bulus untuk menginvasi Ukraina. Rusia menyerang Ukraina di depan mata NATO.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Doc FB Volodymyr Zelensky/Via CNN
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Doc FB Volodymyr Zelensky/Via CNN

Tak ada kamus hoaks dari Rusia jika sudah menyangkut soal perang. Sejarah perang dunia kedua mencatat, bagaimana Rusia yang dulu bagian dari Uni Soviet menaklukan Nazi Jerman di tahun 1945 dalam serangan bergelombang yang mematikan.

Kini seberapa besar kekuatan militer Ukraina digabung dengan warga sipilnya, tidak akan seimbang menghadapi kekuatan militer Rusia yang memiliki perlengkapan perang canggih. Kehancuran Ukraina akan semakin menjadi, jika masih bertahan dengan kebijakan geopolitiknya. Ditambah lagi NATO yang memilih diam tidak bertindak nyata.

Ada baiknya Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menerima tawaran dialog damai dari Rusia demi kepentingan kemanusiaan dan mencegah pertumpahan darah. Dimana pun tempat dialog, apakah di Warsawa, Belarusia atau tempat lain, tidak masalah demi keselamatan negara.

Bertahan dalam kesendirian tidak akan bisa menyelesaikan persoalan. Meskipun semangat patriotik militer dan warga Ukraina begitu kuat, namun yang ada Ukraina akan terus dibombardir dalam skala besar oleh militer Rusia dan semakin banyak korban jiwa yang jatuh.

Berharap NATO terlibat perang rasanya mustahil. NATO mempertimbangkan betul akan terjadinya perang nuklir jika sudah terlibat. Apalagi Presiden Putin sudah memerintahkan pasukan nuklir untuk bersiaga penuh, menandakan jika Rusia sudah siap untuk perang nuklir.

Bayangkan jika senjata nuklir sudah digunakan dan meluas menjadi perang dunia ketiga yang melibatkan banyak negara, maka kehancuran dunia akan semakin hebat. Siapa yang akan bertanggungjawab.

Akankah Ukraina menerima tawaran damai dari Rusia dan hengkang dari NATO. Biarlah waktu yang akan menjawabnya. Stop War In Ukraine.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun