Namun dibalik bencana tersebut ada fakta mencengangkan, bahwa keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana tidak bisa diabaikan. Disatu sisi daerah yang terdampak bencana harus ditangani dengan pendekatan serta kebijakan holistik  yang bisa mengangkat daerah tersebut dari keterpurukan.
Pada akhirnya refleksi tiga tahun gempa Pasigala hendak mengingatkan bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Untuk itu ada tiga hal yang penting untuk dijadikan bahan refleksi. Â
Pertama, hidup di daerah rawan gempa baik di Pasigala atau wilayah lain di Sulteng, maka modal utama adalah pemahaman migitasi bencana yang mumpuni sebagai upaya penyelamatan diri masyarakat ketika gempa terjadi. Pengalaman banyaknya korban jiwa saat gempa dasyat tiga tahun lalu, menjadi pelajaran berharga bahwa migitasi bencana sangat penting.
Kedua, kepedulian sosial yang terbangun  saat bencana, harus tetap terimplementasi dalam konteks penanganan pasca gempa. Semangat kemanusiaan dan kepedulian sosial harus dapat mengesampingkan sikap ego pribadi, demi mengedepankan kepentingan bersama. Terutama dalam pelaksanaan rehab rekon pasca gempa di wilayah Pasigala.
Ketiga, saling sinergi antara Pemerintah Daerah dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam rehabilitasi pasca gempa. Sebagai masyarakat yang baik perlu mendukung langkah Pemerintah dalam mengupayakan penanganan rehab rekon. Disatu sisi political will Pemerintah dalam merespon dan memenuhi kebutuhan masyarakat korban gempa juga menjadi hal penting.
Semoga pengalaman melewati masa masa sulit saat gempa Pasigala tiga tahun lalu, menjadi momentum untuk memperkuat semangat kebersamaan dan solidaritas kemanusiaan, diantara sesama warga Pasigala pada khususnya dan warga  Sulteng pada umumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H