Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Kiriman Makanan dari Rumah Berjendela Satu

20 Juli 2021   13:13 Diperbarui: 20 Juli 2021   13:14 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun karena sedang Pandemi Corona, maka saya menahan diri untuk bersilaturahmi. Saya juga melihat kalau tetangga lagi tidak sedang menerima tamu, namun demikian masih menyempatkan mengantar makanan yang lezat.  

Sembari menikmati kiriman makanan, saya melihat jendela rumah berlantai dua tersebut terbuka. Namun seperti biasa tidak pernah saya melihat seorang pun memperlihatkan diri di jendela tersebut.

Kadang karena penasarannya, pernah sampai berjam jam saya menunggu didepan teras rumah, hanya untuk menanti ada orang yang terlihat dari jendela tersebut. Namun hasilnya nihil. Dari jendela terbuka sampai tertutup, tak terlihat penghuninya apakah berjenis kelamin pria atau wanita.

Padahal saya sekedar ingin tahu kalau penghuninya wanita, apakah dia telah berumur atau masih remaja. Apakah orangnya cantik atau biasa saja. Demikian pula sebaliknya, kalau orangnya berjenis kelamin pria, apakah dia sudah berumur atau sebaliknya. Jujur saya penasaran.

Dari cerita yang saya sempat dengar, penghuni rumah dua lantai tersebut adalah orang yang tertutup. Bahkan adalagi yang mengatakan kalau penghuninya sombong dan tidak mau bergaul dengan tetangga lain. Terbukti sudah selama bertahun tahun tidak pernah menyapa tetangga sekitar.

Stigma yang saya dengar tersebut, semakin menambah penasaran dengan penghuni rumah. Apalagi jendela rumah yang selalu terbuka tanpa ada penghuni yang terlihat membuat saya bertanya tanya apa gerangan yang ada di dalam rumah tersebut.

                                 ***

Kiriman makanan tetangga kini sudah ludes saya nikmati. Diatas meja hanya tersisa piring kosong. Karena lezatnya, makanan tersebut berkali kali saya nikmati. Padahal bisa saja saya simpan untuk dimakan lagi kalau pada waktunya lapar.

Pandanganku kembali terarah ke jendela rumah berlantai dua. Lagi lagi tak ada orang nongol dari jendela tersebut. Dalam hati saya menyalahkan diri sendiri. Bahwa selama ini sempat terpengaruh stigma beredar tentang penghuni rumah yang sombong.

Saya baru sadar meski tidak pernah terlihat sama sekali, ternyata penghuni rumah berlantai dua berjendela satu adalah orang baik. Terbukti dengan kiriman makanan dalam momentum Hari Raya Idul Adha yang lezat. Yang sudah ludes saya nikmati.

Ternyata apa yang dipasangkan belum tentu benar. Bahkan sebaliknya kenyataan justru berbeda dengan stigma selama ini. Mungkin saja rumah yang sering tertutup karena penghuninya punya kesibukan, sehingga tak sempat berinteraksi dengan tetangga lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun