Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Legacy Longki Djanggola untuk Sulteng dan Menanti Terobosan Rusdy Mastura

17 Juni 2021   18:02 Diperbarui: 17 Juni 2021   19:24 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Longki Djanggola resmi mengakhiri pengabdiannya sebagai Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng) selama sepuluh tahun atau dua periode, serta menyerahkan estafet kepemimpinan kepada Gubernur yang baru Rusdy Mastura bersama pasangannya Wakil Gubernur Ma'mun Amir.  

Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulteng terpilih dilakukan oleh Presiden Jokowi di Istana Negara, Rabu 16 Juni 2021. Berdasarkan pada Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 81/P Tahun 2021 tentang Pengesahan Pengangkatan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulteng masa jabatan 2021-2024.

Sepuluh  tahun memimpin daerah, bukan waktu yang yang singkat untuk Longki Djanggola dalam membangun Provinsi Sulteng menjadi daerah yang maju sesuai visi misi yang diemban. Rentang waktu tersebut, menjadi tolak ukur terhadap apa saja capaian dan keberhasilan yang sudah dilakukan selama menjabat.

Sekaligus menjadi legacy (warisan) yang ditorehkan untuk selanjutnya menjadi pijakan bagi Gubernur yang baru guna meneruskan apa saja yang belum tuntas, menata yang tertinggal dan memperbaiki yang kurang.

Salah satu aspek yang bisa menjadi indikator  atas capaian kinerja Longki Djanggola berdasarkan data BPS, yakni aspek kesejahteraan. Dimana untuk jumlah angka kemiskinan di Sulteng dari tahun 2010 sebesar 474.990 jiwa atau 18.07 persen turun menjadi 403.074 atau 13.06 persen di tahun 2020.

Untuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 63.29 poin di tahun 2010 naik menjadi menjadi 69.55 di tahun 2020. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 6.56 persen di tahun 2013 naik menjadi 69.44 persen di tahun 2020. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4.01 persen di tahun 2011 turun menjadi 3.77 persen di tahun 2020.

Berkaitan dengan daerah tertinggal di Provinsi Sulteng, berdasarkan Perpres tahun 2015, ditetapkan ada sembilan Kabupaten yang masuk daerah tertinggal tahun 2015-2019. Yakni Kabupaten Bangkep,  Donggala, Tolitoli, Buol, Parigi Moutong, Tojo Una-una,  Sigi, Banggai Laut dan Morowali Utara.

Mantan Gubernur Longki Djanggola. Doc Adiman Humas Sulteng
Mantan Gubernur Longki Djanggola. Doc Adiman Humas Sulteng

Untuk penetapan daerah tertinggal tahun 2020-2024 , enam kabupaten telah dinyatakan terbebas, dan tersisa tiga Kabupaten yakni Donggala, Tojo Unauna dan Sigi. Walaupun keberhasilan untuk keluar sebagai daerah tertinggal tidak lepas dari peran Kepala Daerahnya, namun harus diakui peran Gubernur Longki Djanggola dalam melakukan koordinasi, sinergisitas serta implementasi program dengan Pemerintah Kabupaten tak bisa dinafikan.

Adapun koordinasi, sinergisitas dan implementasi program menyangkut perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kemampuan keuangan daerah, aksesibilitas dan karakteristik daerah yang menjadi indikator kriteria daerah tertinggal.

Sektor investasi berupa masuknya industri untuk mengelola sumberdaya alam guna mendorong kemajuan daerah, membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat, adalah capaian yang tak bisa dielakkan. Sejumlah Kabupaten telah ditetapkan sebagai kawasan industri dan Ekonomi Khusus diantaranya Morowali, Morowali Utara dan Kota Palu.

Terhadap semua sektor potensial tersebut, investasi yang masuk ke Sulteng hingga tahun 2020 melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sulteng sebesar Rp 31 triliun. Realisasi investasi tersebut melebihi dari  yang ditargetkan sebesar Rp 24 triliun.

Keberadaan kawasan industri untuk mengelola sumber daya alam tentu ada peran serta Gubernur selaku kepala daerah melalu Dinas terkait. Pihak investor maupun instansi vertikal dan Pemerintah Pusat berkoordinasi dengan Pemprov Sulteng dalam mendukung iklim investasi yang baik dan bermanfaat buat daerah.  

Demikian pula upaya peningkatan komoditi daerah yang bernilai ekspor dan berdampak pada pendapatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, adalah realitas dari capaian kinerja Gubernur Longki Djanggola bersama jajarannya.  

Dalam masa pandemi, ekspor tetap dilakukan di sektor Perkebunan, Hortikultura, dan Tanaman Pangan tahun 2020. Adapun ekspor meliputi komoditi kakao biji, kepala parut (tepung kelapa), kelapa bulat, minyak kelapa, vanili, cengkeh dan komoditi lainnya. Ekspor juga meliputi komoditi sektor kelautan dan perikanan seperti ikan dan udang.  

Gubernur terpilih Rusdy Mastura. Doc Biro Pers Sekertariat Presiden
Gubernur terpilih Rusdy Mastura. Doc Biro Pers Sekertariat Presiden

Melihat sepak terjang Longki Djanggola selaku Kepala Daerah yang memiliki kecakapan dalam berkoordinasi dan bersinergi secara horisontal dan vertikal dengan stakeholder, maka salah satu legacy yang ditinggalkan oleh beliau adalah tipe Kepemimpinan. Ada dua tipe kepemimpinan yang dilakukan oleh Longki Djanggola dalam masa tugas pengabdiannya.

Yang pertama adalah tipe Kepemimpinan Administrator (Pengelola). Dimana menurut Prof Herbert Feith selaku ilmuwan politik, pemimpin tipe ini dianggap memiliki kemampuan teknis dan pandai dalam mengelola pemerintahan. Tipe kedua adalah tipe Kepemimpinan Transformasional. Dimana menurut Prof William Lidlle, ini adalah tipe Pemimpin yang membawa perubahan dari satu keadaan ke keadaan yang lain.  

Langgam Kepemimpinan tersebutlah ditunjukkan seorang Longki Djanggola dalam upaya melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah Pasigala (Paluu Sigi Donggala) pasca gempa tahun 2018. Kepemimpinan yang mampu bersinergi dengan multi stakeholder, secara perlahan dan bertahap Pasigala dapat direhab dan dikonstruksi kembali termasuk pembangunan huntap bagi penyintas gempa Pasigala.

Dalam konteks geopolitik Sulawesi, butuh kerja keras seorang Longki Djanggola ketika menjabat Gubernur, untuk dapat mengimbangi lompatan pembangunan yang sudah dilakukan Provinsi tetangga. Dalam beberapa aspek, kemajuan pembangunan ditunjukkan Provinsi Sulawesi Utara guna menegaskan diri sebagai Gerbang Kawasan Pasifik.

Sementara di bagian Selatan, Provinsi Sulawesi Selatan semakin menegaskan diri sebagai Gerbang Kawasan Timur Indonesia dengan terbangunnya infrastruktur vital yang terkoneksi dengan Bandara dan Pelabuhan seperti jalan Tol Layang AP Pattarani yang sudah rampung tahun 2021 ini.  Provinsi Sulsel juga bersiap menjadi daerah sentra benih untuk komoditi pertanian.

Di bagian Tenggara Sulawesi, Provinsi Sultra bersiap bersinergi dengan Provinsi Maluku atas dibangunnya Ambon New Port sebagai kawasan industri perikanan terintegrasi. Sekaligus pusat pertumbuhan industri pengolahan ikan  dan konsolidasi kargo dari wilayah Timur Indonesia.

Soal lompatan pembangunan di bagian Utara dan Selatan Pulau Sulawesi, jauh jauh hari sudah disebutkan mantan Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad dalam bukunya Reinventing Local Government. Fadel menyadari hanya terobosan yang bisa mensejajarkan Provinsi Gorontalo dengan kedua Provinsi tersebut. Terbukti dalam kepemimpinannya, banyak terobosan yang dilakukan Fadel untuk memajukan Provinsi Gorontalo.

Untuk itu peran yang harus dijalankan adalah memposisikan diri sebagai sentra utama pengembangan Teluk Tomini dan sekitarnya. Kedua menjadikan Provinsi Gorontalo sebagai etalase kelautan. Hal ini bertujuan guna menarik perhatian pemerintah pusat dan investasi masuk ke Gorontalo.

Gubernur Longki Djanggola menyadari keberadaan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur akan berdampak strategis terhadap posisi Provinsi Sulteng. Itulah sebabnya akses dari bagian Timur Sulteng (Teluk Tomini) serta Kawasan Timur Indonesia ke Selat Makassar dan IKN sangat penting untuk dibuka.

Makanya Longki Djanggola mengusulkan kepada Presiden pada tahun 2019 lalu, agar pembangunan Pelabuhan Feri Kasimbar, Pelabuhan Feri Tambu serta jalan Tol Tambu-Kasimbar dimasukan dalam Rencana  Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024.

Demikianlah Longki Djanggola telah meninggalkan legacy berupa modal fisik, sosial dan kepemimpinan dalam masa pemerintahannya. Modal fisik berupa sarana dan infrastruktur ekonomi yang sudah dirasakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat Sulteng.

Modal sosial berupa capaian berbagai aspek sosial yang sudah disebutkan berdasarkan datatis diatas. Sementara modal kepemimpinan berupa kepercayaan dan sinergitas yang sudah terbangun dengan stakeholder  baik secara horisontal maupun vertikal. Toh demikian sebagai manusia, pasti ada kekurangan dalam kepemimpinannya.

Ditangan Gubernur yang baru Rusdy Mastura kita berharap semua modal tersebut dijadikan potensi dan pijakan untuk melakukan terobosan signifikan buat kemajuan Sulteng kedepan. Tentu saja kita berharap terobosan tersebut bermuara pada satu hal, yakni membangun keunggulan  untuk daerah Sulteng.

Sebagai sosok dengan gagasan yang melompat serta berpikiran out of the boks, Bung Cudy sebagai Gubernur baru  diharapkan dapat meneruskan apa yang sudah dilakukan Gubernur lama Longki Djanggola. Dengan memanfaatkan semua potensi dan posisi geopolitik Sulawesi Tengah sebagai gerbang IKN baru untuk melakukan lompatan pembangunan.

Selamat bekerja untuk Gubernur dan Wagub Sulteng Rusdy Mastura-Ma'mun Amir, kelak dalam kepemimpinan keduanya Sulteng semakin maju dan berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun