Kelak jika Pandemi Corona berlalu dan tatanan kehidupan masyarakat kembali normal, saya menantikan sebuah event berskala internasional kembali digelar bertajuk Borobudur Jazz Festival secara ofline.
Terbayang antusias penikmat Jazz tanah air serta wisatawan untuk datang menikmati Festival yang dihadiri musisi kelas dunia dan tanah air dengan panorama situs candi Borobudur yang eksotis. Perpaduan musik dalam bingkai destinasi wisata, akan membuat sensasi yang tak terkirakan.
Bukan apa apa, Jazz Festival terakhir digelar di lokasi Candi Borobudur tahun 2016 lalu. Â Sebagaimana dilansir Kompas.com tanggal 16 Mei 2016, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, Candi Borobudur ditampilkan tidak hanya sekadar tumpukan batu dan sejarahnya saja, tapi coba diberikan banyak event. Salah satunya dengan mengkombinasikannya dengan musik Jazz.
Berbeda dengan di Candi Prambanan, event Jazz Festival sudah enam kali digelar sejak tahun 2015. Terakhir tahun 2020 malah digelar secara online, demi memenuhi kerinduan masyarakat  penikmat Jazz yang tidak bisa hadir langsung ke Candi Prambanan, karena dampak pandemi corona.
Perhelatan Borobudur Jazz Festival menjadi sebuah keniscayaan, meski ini merupakan sebuah hasrat dari penulis, guna aktualisasi keberadaan situs cagar budaya dunia tersebut sebagai Sound of Borobudur. Tidak sekedar sebuah mahakarya monumental para pendahulu bangsa, serta perwujudan Wonderful Indonesia tanpa disertai perhelatan event berkelas yang 'mencuri' perhatian dunia.
Momentum Bermusik dan Berefleksi
Kelak jika Borobudur Jazz Festival kembali digelar, akan menjadi momentum bagi para musisi dan penikmat Jazz dalam bermusik sembari berrefleksi atas keberadaan Candi Borobudur, sebagai pusat musik dunia yang sudah ada dari sejak abad kedelapan. Yang dibuktikan lewat ukiran pada relief candi berupa instrumen alat musik.
Dengan mengusung Tema Sound of Borobudur atau Membunyikan Borobudur, saya yakin musisi Jazz dunia dan juga tanah air akan antusias untuk ikut serta ambil bagian dalam event tersebut. Â Sebagaimana keterlibatan di berbagai event Jazz di tanah air, seperti Java Jazz Festival, serta Prambanan Jazz Festival.
Siapa yang tidak ingin melihat musisi dunia tampil di Candi Borobudur. Seperti Christina Perri, David Foster, Jessie J, Goo Goo Dolls,, Vanessa William, Craig David serta Sting yang pernah tampil di Java Jazz Festival 2016 di JI Expo Kemayoran Jakarta. Saya yang menonton bersama penikmat Jazz lainnya, ikut terhipnotis menikmati penampilan Sting yang mempesona saat itu.
Serta tentu penampilan musisi Jazz tanah air seperti Trie Utami, Indra Lesmana, Andien, Tompi, Maliq & D'Essentials, Raisa Andriana, Ari Lasso, Yura Yunita dan Calvin Jeremy. Dan jika saja almarhum Glenn Fredly masih hidup, pasti akan antusias ikut serta.
Ini akan menjadi perpaduan mahakarya antara alunan musik dan panorama candi yang dikemas dalam satu balutan hiburan yang apik. Sambil menikmati musik Jazz, masyarakat sekaligus berwisata menikmati situs Candi Borobudur yang eksotis.
Berkaca dari kesuksesan Prambanan Jazz Festival yang meski digelar secara online mampu menarik minat dan menghibur masyarakat. Sebagaimana dilansir Pikiran.Rakyat.com tanggal 1 November 2020, sekalipun penonton tidak bisa hadir langsung ke venue, namun sensasi menonton konser secara langsung tetap bisa dirasakan.
Sebagai promotor Prambanan Jazz Virtual Festival 2020, Rajawali Indonesia memasang wall fans. Melalui layar tersebut, penonton bisa langsung berinteraksi dengan artis seperti menonton konser musik secara langsung.
Tak menutup kemungkinan Borobudur Jazz Festival bisa digelar kembali di tahun tahun mendatang apakah secara online atau ofline. Dan menjadi agenda tahunan tetap yang dihadiri musisi hebat dan bertalenta. Maka masyarakat dapat menikmati sajian musik penuh improvisasi, di lokasi salah satu keajaiban dunia tersebut.
Ini sekaligus menjadi elemen of surprise atau elemen kejutan dalam mempromosikan Candi Borobudur sebagai Wonderful Indonesia, Sound of Borobudur dan Borobudur pusat musik dunia.Â
Mata dunia akan terpusat pada sebuah event musik dengan episentrumnya  Candi Borobudur.  Dimana dengan sendirinya rasa memiliki secara kolektif terhadap aset cagar budaya tersebut, akan mencuat di sanubari masyarakat dunia.
Elemen kejutan inilah yang menjadi terobosan Abdullah Aswar Anas semasa menjabat Bupati Kabupaten Banyuwangi dalam mempromosikan destinasi wisata di daerahnya lewat event Jazz Festival. Dimana lewat event tersebut, sukses mendatangkan wisatawan lokal maupun mancanegara terutama wisatawan dari Bali untuk datang ke Banyuwangi
Adapun Jazz  Festival yang digelar yakni Ijen Summary Jazz Festival, Banyuwangi Beach Jazz Festival dan Student Jazz Festival.  Sebagaimana dilansir CNN Indonesia.com tanggal 2 Agustus 2016  Abdullah Aswar Anas menyebutkan, Ijen Summer Jazz yang digelar telah membuktikan bahwa musik jazz bisa menjadi daya tarik wisata.
Menarik wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, melalui musik Jazz memang jadi agenda utama Abdullah Aswar Anas. Dia ingin Banyuwangi bisa meniru langkah Jakarta yang kini dikenal sebagai kota penyelenggara Festival Jazz besar yang mendatangkan musisi dunia.
Cara Cerdas Mengeksplor Borobudur
Menghidupkan ruh Sound of Borobudur sebagai pusat musik dunia lewat Borobudur Jazz Festival, adalah salah cara cerdas dari sekian cara lain, dalam mengeksplor dan mengaktualisasikan mahakarya monumental  nenek moyang bangsa ini, ke pentas dunia.
Kelak orang datang ke Candi Borobudur tidak sekedar mencuci mata dan menganggumi kemegahan situs purbakala tersebut semata, Namun juga ikut meresapi makna terdalam terhadap keberadaan setiap alat musik yang terukir di relief relief candi.Â
Yakni alat musik petik, tiup, pukul, dan membran yang semuanya itu terepresentasi dalam instrumen musik Jazz yang senantiasa dimainkan secara jenius oleh para musisi.
Bahwa dulu alat musik tersebut pernah menjadi medium pertautan budaya peradaban abad kedelapan di Nusantara. Dan kini peradaban itulah yang menginspirasi hadirnya karya karya hebat musisi Jazz dunia dan tanah air di masa kekinian.
Sekali lagi kelak para Event Organiser Musik Jazz, Instansi Kemenparekraf atau Pemprov Jawa Tengah dapat mewujudkan event tersebut kembali sebagai komitmen mempromosikan situs Candi Borobudur untuk lebih dikenal lagi di pentas dunia. Tentu saja jika situasi sudah aman dari pandemi corona.
Dalam hidup, saya baru dua kali berkunjung ke Candi Borobudur sebagai wujud kebanggaan atas keberadaan candi terbesar di Indonesia itu. Pertama saat masih SD bersama orang tua. Kedua saat kuliah bersama kawan kawan Mahasiswa.
Saya berharap kunjungan ketiga sekaligus bisa menikmati Borobudur Jazz Festival yang entah kapan akan digelar kembali. Maka mari kita berdoa sembari menerapkan protokol kesehatan agar pandemi corona segera berlalu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI