Kelak orang datang ke Candi Borobudur tidak sekedar mencuci mata dan menganggumi kemegahan situs purbakala tersebut semata, Namun juga ikut meresapi makna terdalam terhadap keberadaan setiap alat musik yang terukir di relief relief candi.Â
Yakni alat musik petik, tiup, pukul, dan membran yang semuanya itu terepresentasi dalam instrumen musik Jazz yang senantiasa dimainkan secara jenius oleh para musisi.
Bahwa dulu alat musik tersebut pernah menjadi medium pertautan budaya peradaban abad kedelapan di Nusantara. Dan kini peradaban itulah yang menginspirasi hadirnya karya karya hebat musisi Jazz dunia dan tanah air di masa kekinian.
Sekali lagi kelak para Event Organiser Musik Jazz, Instansi Kemenparekraf atau Pemprov Jawa Tengah dapat mewujudkan event tersebut kembali sebagai komitmen mempromosikan situs Candi Borobudur untuk lebih dikenal lagi di pentas dunia. Tentu saja jika situasi sudah aman dari pandemi corona.
Dalam hidup, saya baru dua kali berkunjung ke Candi Borobudur sebagai wujud kebanggaan atas keberadaan candi terbesar di Indonesia itu. Pertama saat masih SD bersama orang tua. Kedua saat kuliah bersama kawan kawan Mahasiswa.
Saya berharap kunjungan ketiga sekaligus bisa menikmati Borobudur Jazz Festival yang entah kapan akan digelar kembali. Maka mari kita berdoa sembari menerapkan protokol kesehatan agar pandemi corona segera berlalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H