Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Momen Cuci Tangan Pontius Pilatus

2 April 2021   18:56 Diperbarui: 25 April 2021   17:18 4182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata, "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini, itu urusan kamu sendiri." (Matius 27: 24)

Kisah Pontius Pilatus sebagaimana termuat di Alkitab dalam prosesi persidangan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus pada peringatan Jumat Agung dan perayaan Paskah, bisa menjadi bahan refleksi bagi umat Kristiani dalam peringatan dan perayaan keagamaan tersebut.

Upaya cuci tangan Pontius Pilatus dalam kapasitas Wakil Pemerintahan Wilayah Yudea saat itu, otomatis menjadi jalan bagi Yesus untuk mengalami penderitaan dan penyaliban di Bukit Golgota. Namun sekaligus menjadi penggenapan yang sudah disuratkan bahwa Yesus akan mati dan bangkit kembali untuk penebusan dosa manusia.

Tindakan cuci tangan dan tidak mau bertanggungjawab yang dipraktekkan Pontius Pilatus sebagai seorang yang berkuasa, tidak ubahnya dengan yang terjadi pada masa kekinian. Tidak perlu menunjuk orang lain, bisa jadi kita sendiri juga melakukan hal yang sama dengan Pilatus dalam kehidupan sehari hari.

Cuci tangan dalam berbagai hal sudah lumrah dalam kehidupan saat ini, baik secara sengaja maupun tidak sengaja yang merugikan bahkan mengorbankan orang lain. Peran dan keberadaan kita yang seharusnya bisa menghindarkan kerugian atau korban di pihak lain, justru tidak dilakukan karena menganggap itu bukan urusan kita.

Persis seperti Pontius Pilatus. Padahal Pilatus yang bertindak sebagai pemimpin dan hakim di Yudea pada saat itu, bisa saja mengambil hak veto dan memutuskan Yesus tidak bersalah. Karena faktanya memang tidak menemukan ada kesalahan. Namun alih alih membela, Pilatus malah menyerahkan Yesus untuk menerima pengadilan jalanan, hingga mati di kayu salib.

Dengan cuci tangan selesai urusan. Tidak peduli apa yang terjadi dengan orang lain. Tidak mau tahu, tidak mau repot, dan tidak mau terkena imbas, itu ciri ciri orang yang suka cuci tangan dan lumrah kita jumpai dalam kehidupan sekarang.

Padahal disekeliling, terkadang dijumpai ada orang orang yang membutuhkan uluran tangan dan bantuan kita. Apakah itu orang sakit, orang susah, orang lemah, anak panti, hingga orang jompo sekalipun. Bisa jadi karena tidak mau mencampuri alias cuci tangan, kita serahkan kepada orang lain untuk mengurusnya.

Padahal bisa jadi kita punya potensi untuk membantu mereka keluar dari kesusahan dan beratnya kehidupan. Dengan menganggap semua urusan selesai ditangan orang lain, kita tidak akan pernah memberikan solusi terhadap pergumulan mereka yang susah. Padahal yang dibutuhkan dari kita tidak banyak banyak amat, yakni kepedulian, empati dan rasa persaudaraan.

Sebelum momen cuci tangan terjadi, ada momen lain yang sebenarnya sudah on the track dilakukan Pilatus,, terhadap tuduhan imam imam kepala yang diperhadapkan kepadanya. Yakni mendapatkan opini pembanding dengan melakukan dialog dengan Yesus dan imam imam kepala tersebut.(Lukas 23: 13-25)

Dialog secara gamblang terjadi dengan orang orang yang hendak menyalibkan Yesus. Sampai tiga kali Pilatus bertanya kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan Yesus. Karena tidak ada suatu kesalahanpun yang didapat yang setimpal dengan hukuman mati. Namun dijawab oleh mereka, Yesus harus disalibkan. (Lukas 23 :22-23)

Dari dialog tersebut tiba Pilatus pada kesimpulan bahwa Yesus tidak bersalah. Namun dirinya gamang untuk memutuskan Yesus dibebaskan dan tidak ingin menanggung kesalahan dari tuduhan kepada Yesus. Pilatus melepas tanggung  jawab dan menyerahkan Yesus kepada orang orang yang ingin menyalibkannya. (Matius 27:24)

Momen selanjutnya adalah ketika Pilatus menyetujui pemintaan Yusuf dari Arimatea yang ingin mengurus jasad Yesus yang mati di kayu salib. Disini Pilatus sempat bertanya dengan penuh heran kepada kepala pasukan  soal kebenaran Yesus sudah mati. (Markus 15 : 42-47)

Toh walaupun Pilatus sudah memberikan persetujuan memberikan jasad Yesus untuk diurus oleh Yusuf, tapi tidak bisa dinafikan bahwa kematian dan penyaliban Yesus tidak lepas dari tindakan cuci tangan yang dilakukan Pilatus sendiri.  

Disinilah terlihat peran Yusuf sebagai orang biasa yang peduli dan mau mengambil bagian untuk mengurus hal yang baik. Serta Pilatus sebagai orang berkuasa yang seharusnya bisa bertanggungjawab  namun apatis untuk melakukan hal yang baik.

Pada akhirnya peringatan Jumat agung bagi umat Kristiani, selain menjadi momen untuk merefleksikan kasih dan pengorbanan Yesus, sekaligus memaknai tindakan cuci tangan yang dilakukan Pontius Pilatus dalam menghadapi tantangan. 

Yakni tindakan melepas tanggung jawab dan bersikap egois untuk kepentingan diri sendiri. Sebuah tindakan yang harus dijauhkan oleh umat Kristiani.

Selamat memperingati Jumat Agung dan menyongsong perayaan Paskah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun