Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jakob Oetama, Tajuk Rencana, dan Duka Kompasianer

10 September 2020   14:37 Diperbarui: 11 September 2020   15:15 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selamat jalan Jakob Oetama. Dok. Kompas.com

"Saya banyak belajar dan tidak pernah menyesal, ketika beralih dari cita-cita guru ke wartawan. Saya justru mendapat pencerahan dari pergaulan dengan dunia pers," Jakob Oetama.

Komtemplasi almarhum Jakob Utama diatas, tertuang dalam buku Syukur Tiada Akhir, jejak langkah Jakob Oetama yang disusun oleh ST Sularto, sebagai kado ulang tahunnya yang ke-80 tahun 2011 lalu. 

Dalam buku disebutkan, jika pencerahan dalam dunia pers diperkenalkan awal oleh orang seperti Rosihan Anwar, PK Ojong dan Pastur Oudejans yang secara kongkrit memikul pengembalian cita-citanya.

Sembilan tahun dari ulang tahunnya yang ke-80, Jakob Oetama menghembuskan napas yang terakhirnya pada Rabu kemarin di usia 88 tahun. 

Dunia Pers Indonesia seketika berduka dengan kepergian salah satu wartawan dan tokoh Pers yang mendirikan surat kabar harian Kompas bersama rekannya almarhum PK Oyong pada 28 Juni 1965.

Kepergian Jakob Oetama yang lahir pada tanggal 27 September 1931 itu membuat Indonesia kehilangan lagi sosok Pers senior yang sudah memberikan kontribusi besar bagi Indonesia. 

Kehadiran Kompas Gramedia yang didirikan oleh Jakob Oetama dan PK Ojong, telah turut serta membangun tatanan peradaban tanah air, lewat jaringan media yang dimiliki. Salah satunya dengan keberadaan Plafform Blog Kompasiana yang didalamnya bergabung ribuan kompasianer termasuk saya sendiri.

Maka selaku Kompasianer, dalam suasana berkabung saya turut mengucapkan dukacita yang mendalam atas kepergian sosok yang senantiasa merasa bangga sebagai seorang wartawan dibanding sebagai pengusaha sukses dan manager.

Dalam buku Syukur Tiada Akhir menyebutkan, kebanggaan sebagai wartawan selalu disampaikan Jakob Oetama dalam berbagai kesempatan. Dimana jika ada yang menyebutkannya sebagai pengusaha sukses dan manager, itu terjad secara kebetulan saja.

Sebagai seorang wartawan yang pernah intens menulis tajuk rencana di surat kabar harian di Kota Palu tempat saya bekerja dulu, tentu sangat respek dan berempati kepada sosok almarhum yang sejak koran kompas didirikan aktif menjadi penulis tajuk rencana. 

Bagi Jakob Oetama tajuk rencana adalah adalah suara lembaga dari koran tersebut, maka sebenarnya tajuk rencana tidaklah bersifat personal melainkan institusional.

Jujur saja tajuk rencana koran Kompas menjadi salah satu referensi bagaimana saya harus mengembangkan kemampuan untuk menulis tajuk rencana yang mumpuni. 

Tajuk rencana kompas yang menarik dan enak dibaca, memberikan edukasi dan pencerahan bagi pembaca akan  objek pemberitaan yang menjadi ulasan tajuk rencana.

Selamat jalan Jakob Oetama. Dok. Kompas.com
Selamat jalan Jakob Oetama. Dok. Kompas.com

Penulis tajuk rencana adalah salah satu dari penanggungjawab redaksi yang memiliki wawasan luas, pemikiran yang bernas, kemampun jurnalis yang mempuni serta memahami dimensi subjektivitas media tempatnya bernaung. 

Dan rasanya almarhum Jakob Oetama memiliki semua dimensi tersebut sebagai penulis tajuk rencana yang baik. Seorang Ninok Laksono mengibaratkan kumpulan tajuk rencana tulisan Jakob Oetama pada tahun 1991-2001 sebagai highlight sejarah Indonesia.

Dalam tajuk rencana koran Kompas hari pertama yang terbit kembali tanggal 6 Pebruari 1978 setelah dilarang terbit oleh penguasa orde baru sejak 21 Januari 1978. 

Jakob menulis, "maka bersyukurlah kami pada akhirnya harian ini diperkenankan terbit kembali. Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah ikut memungkinkan terbit kembali surat kabar ini. Dengan ikhlas hati kami menerima ajakan agar mawas diri. Itulah sikap dasar yang paling wajar apabila orang tertimpa musibah."

Dari paragraf tulisan tajuk rencana tersebut, maka kita bisa menggambarkan jika pada situasi yang penuh tekanan, seorang Jakob Oetama bukan hanya bisa bertindak sebagai penulis tajuk rencana yang baik. 

Tapi juga bisa berkomtemplasi sebagai insan manusia yang tercerahkan, sehingga mengilhami alam kesadaran pemikirannya. Paragraf kalimat tulisan tersebut bukan saja bermuatan sikap redaksi media tempatnya bernaung, namun juga bermuatan humanisme sebagai bentuk mensyukuri situasi yang ada.

Bagi seorang Jakob Oetama bersyukur bukan hanya pada skim semata, tapi juga pada tindakan kehidupan sehari hari. 

Itulah sebabnya buku kado ulang tahun ke-80 diberi judul Syukur Tiada Akhir sebagai bentuk refleksi atas jejak perjalanan hidup sang legenda. Dimana senantiasa bersyukur dan berterima kasih atas semua yang sudah didapatkan dalam hidup.

St Suharto selaku penyusun buku menuliskan, bahwa bersyukur bagi seroang Jakob Oetama adalah bersyukur atas segala rahmat Tuhan yang dilimpahkan. Salah satunya adalah menjadi perantara bagi kebahagiaan banyak orang. Bersyukur tulis St Suharto, merupakan salah satu tanda orang beriman. Ini hendak menegaskan, jika almarhum adalah sosok yang beriman semasa hidupnya.

Dituliskan dalam Buku Bersyukur Tiada Akhir, Jejak perjalanan almarhum Jakob Oetama ditandai dengan adanya tiga titik balik dalam hidupnya. Titik balik pertama yakni pilihan berat hati untuk menandatangani surat pernyataan dan kesetiaan agar koran Kompas bisa terbit kembali pada tanggal 6 Pebruari 1978.

Titik balik kedua, pilihan profesi wartawan sebagai perubahan arah dan cita-cita sebelumnya sebagai guru pada tahun 1963. Sementara titik balik ketiga adalah kepergian PK Ojong rekan perintis dan pendiri Kompas Gramedia tanggal 30 Mei 1980. Di mana Jakob Oetama yang semula lebih bertanggungjawab menangani pengembangan sisi redaksional, akhirnya turut menangani sisi bisnis juga.

Dati tiga titik balik ini maka kita bisa belajar tiga hal dari kepribadian Jakob Oetama. Yakni pada titik balik pertama adalah soal tanggung jawab. Titik balik kedua adalah pilihan hidup dan titik balik ketiga adalah soal kesetiaan. 

Di antara semua titik balik tersebut, titik balik ketiga yakni kepergian PK Ojong rekan pendiri Kompas Gramedia tanggal 30 Mei 1980 mungkin paling menyentuh kebatinan seorang Yakob Oetama dalam hidupnya.

Dimana saat PK Ojong tutup usia, Jakob Oetama cukup lama berada di depan peti jenazah. Jakob diam termenung, berdoa untuk kepergiannya. Mohon ketabahan dan berkat bagi keluarga yang ditinggalkan. "Pak Ojong selamat jalan. Disaaat nanti kita akan berjumpa kembali," kata Jakob Oetama saat itu.

Rasanya doa yang sama patut kita panjatkan atas kepergian almarhum Jakob Oetama menghadapi Sang Ilahi dan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.

Selamat jalan dalam damai Pak Jakob Oetama.

Palu, 10 September 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun