Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jakob Oetama, Tajuk Rencana, dan Duka Kompasianer

10 September 2020   14:37 Diperbarui: 11 September 2020   15:15 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selamat jalan Jakob Oetama. Dok. Kompas.com

Bagi seorang Jakob Oetama bersyukur bukan hanya pada skim semata, tapi juga pada tindakan kehidupan sehari hari. 

Itulah sebabnya buku kado ulang tahun ke-80 diberi judul Syukur Tiada Akhir sebagai bentuk refleksi atas jejak perjalanan hidup sang legenda. Dimana senantiasa bersyukur dan berterima kasih atas semua yang sudah didapatkan dalam hidup.

St Suharto selaku penyusun buku menuliskan, bahwa bersyukur bagi seroang Jakob Oetama adalah bersyukur atas segala rahmat Tuhan yang dilimpahkan. Salah satunya adalah menjadi perantara bagi kebahagiaan banyak orang. Bersyukur tulis St Suharto, merupakan salah satu tanda orang beriman. Ini hendak menegaskan, jika almarhum adalah sosok yang beriman semasa hidupnya.

Dituliskan dalam Buku Bersyukur Tiada Akhir, Jejak perjalanan almarhum Jakob Oetama ditandai dengan adanya tiga titik balik dalam hidupnya. Titik balik pertama yakni pilihan berat hati untuk menandatangani surat pernyataan dan kesetiaan agar koran Kompas bisa terbit kembali pada tanggal 6 Pebruari 1978.

Titik balik kedua, pilihan profesi wartawan sebagai perubahan arah dan cita-cita sebelumnya sebagai guru pada tahun 1963. Sementara titik balik ketiga adalah kepergian PK Ojong rekan perintis dan pendiri Kompas Gramedia tanggal 30 Mei 1980. Di mana Jakob Oetama yang semula lebih bertanggungjawab menangani pengembangan sisi redaksional, akhirnya turut menangani sisi bisnis juga.

Dati tiga titik balik ini maka kita bisa belajar tiga hal dari kepribadian Jakob Oetama. Yakni pada titik balik pertama adalah soal tanggung jawab. Titik balik kedua adalah pilihan hidup dan titik balik ketiga adalah soal kesetiaan. 

Di antara semua titik balik tersebut, titik balik ketiga yakni kepergian PK Ojong rekan pendiri Kompas Gramedia tanggal 30 Mei 1980 mungkin paling menyentuh kebatinan seorang Yakob Oetama dalam hidupnya.

Dimana saat PK Ojong tutup usia, Jakob Oetama cukup lama berada di depan peti jenazah. Jakob diam termenung, berdoa untuk kepergiannya. Mohon ketabahan dan berkat bagi keluarga yang ditinggalkan. "Pak Ojong selamat jalan. Disaaat nanti kita akan berjumpa kembali," kata Jakob Oetama saat itu.

Rasanya doa yang sama patut kita panjatkan atas kepergian almarhum Jakob Oetama menghadapi Sang Ilahi dan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.

Selamat jalan dalam damai Pak Jakob Oetama.

Palu, 10 September 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun