Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Membaca Dimensi Pesan Politik Jokowi-Prabowo

10 Juli 2020   14:42 Diperbarui: 11 Juli 2020   08:50 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi bersama Prabowo (Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev)

Dalam gambar terlihat Prabowo tengah menyimak Jokowi yang sedang berbicara dengan gestur tangan sedang menunjuk. Di tangan kirinya, Prabowo terlihat memegang catatan dan tangan kanannya memegang bolpoin.

Bagi saya, dari sekian dokumentasi gambar kebersamaan antara Jokowi dan Prabowo yang tersebar di ruang publik, mungkin inilah gambar yang dari aspek komunikasi politik, memberi dimensi pesan yang edukatif di ruang publik. Bukan saja dari dimensi pesan nilai semata, tapi juga simbolik dan struktural.

Gambar diambil saat kunjungan Presiden Jokowi ke Desa Bentuk Jaya di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah pada Kamis, 9 Juli 2020 kemarin. Daerah yang dikunjungi tersebut tengah dikembangkan menjadi lumbung pangan baru di luar Pulau Jawa.

Jokowi dalam kunjungan tersebut ditemani sejumlah menteri termasuk Prabowo Subianto dalam kapasitas sebagai Menteri Pertahanan.

Di sela-sela kunjungan di Desa Bentuk Jaya, Jokowi menyempatkan berdiskusi dengan para menterinya di sebuah pondok beratap daun nipah dengan latar belakang situasi desa tersebut. 

Pada sebuah bangku panjang yang terbuat dari kayu, Jokowi duduk bersama Prabowo dengan jarak tertentu. Nampak sang Menteri Pertahanan tengah serius menyimak pembicaraan Presiden Jokowi.

Dari dimensi nilai, maka gambar Prabowo yang tengah menyimak tersebut hendak memberi pesan, bahwa harmonisasi kerja antara pimpinan dan bawahan harus selalu dijaga. Jokowi sebagai presiden dan Prabowo sebagai menteri harus senantasa menjaga kekompakan agar ritme kerja bisa berlangsung dengan baik. 

Tentu kita bersyukur dua sosok negarawan yang pernah terlibat rivalitas dalam kontestasi Pilpres 2019 lalu, hingga saat ini masih bisa menjaga kekompakan dalam kabinet Indonesia Maju.

Jokowi saat memberikan arahan. (Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev)
Jokowi saat memberikan arahan. (Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev)

Kita tentu memberi apresiasi atas sikap keteladanan seorang Prabowo yang bisa menempatkan diri sebagai seorang pembantu Presiden (menteri) saat melakukan kujungan kerja ke daerah. Sikap ini kita yakini sebagai bawaaan karakter Prabowo yang tahu diri terhadap tupoksi yang diembannya sebagai seorang Menteri.

Bukan karena hendak bersikap manis, akibat adanya ancaman reshuffle yang sempat dilontarkan Jokowi terhadap menteri yang tidak becus bekerja. Walaupun kita tidak yakin kalau seorang Prabowo akan bisa di-reshuffle oleh Jokowi dari kabinet.

Dari dimensi simbol, gambar Prabowo sedang memegang catatan dan bolpoin, memberi pesan bahwa, bertanggung jawab terhadap tugas yang diemban dan kepada seorang atasan adalah sebuah keharusan. 

Dengan membawa catatan itu berarti Prabowo tidak ingin melewatkan setiap arahan dan informasi yang didapatkan di lapangan. Karena  fakta lapangan adalah realitas yang tidak boleh dilewatkan dan dicatat dengan baik. Karena jika hanya bermodalkan ingatan semata, maka pasti ada informasi yang akan tercecer.

Prabowo pasti merasa penting untuk membawa catatan dalam kunjungan lapangan, karena akan didapatkan informasi dan data yang bersifat dua arah. Baik dari lingkup stakeholder maupun dari lingkup masyarakat sendiri. 

Karena ada adagium yang mengatakan, informasi yang paling aktual itu ada di masyarakat. Sebaliknya bisa jadi dalam catatan yang dibawanya tersebut, ada data dan informasi yang bisa di-share Prabowo kepada Presiden dan Menteri lainnya saat berada di lapangan.

Soal membawa catatan saya kira bukan hanya Prabowo yang melakukan. Seorang staf pun saat mendampingi pimpinannya di lapangan harus menyiapkan catatan sebagai modal untuk mendokumentasikan setiap informasi yang berkembang di lapangan. 

Saya sendiri sebagai sebagai staf dari seorang senator, juga merasa perlu membawa catatan dan mencatat setiap informasi agar bisa menjadi notulensi yang setiap saat menjadi bahan laporan. Rugi rasanya jika ada informasi yang terlewatkan dan tidak dicatat sebaik baiknya.

Berdua memantau lapangan. Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev
Berdua memantau lapangan. Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev

Walaupun dengan membawa catatan tidak ujug-ujug menjadi sebuah penilaian atas baik tidaknya kinerja Prabowo sebagai seorang menteri, tapi setidaknya ada edukasi yang tersampaikan kepada publik, bahwa sebagai seorang Menteri Pertahanan tidak perlu malu membawa catatan. 

Jika memang diperlukan untuk tidak melewatkan sedikitpun informasi yang terjadi di lapangan. Dari sini pula kita bisa menilai bagaimana seorang yang bekerja secara detail dan datatis, dilihat dari sejauh mana ia mencatat apa yang terjadi di lapangan.   

Lalu bagaimana dengan dimensi struktural, pesan apa yang bisa tersampaikan ke publik lewat kebersamaan antara Jokowi dan Prabowo? 

Pesannya adalah bahwa sebagai sesama negarawan selayaknya saling menghormati, menghargai dan mengakui kelebihan masing-masing, khsususnya sebagai dua tokoh yang saat ini menyatu dalam pemerintahan.

Jokowi sebagai presiden menghormati Prabowo sebagai menteri dengan segala kelebihan dan keunggulannya. Sebalik Prabowo menghormati Jokowi sebagai atasannya juga dengan kelebihan dan keunggulan yang dimiliki.  

Pesan ini diharapkan bisa dicontoh sebagai bentuk keteladan. Yakni bagaimana sebagai anak bangsa selayaknya mengembangkan sikap saling menghargai dan menghormati dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Jokowi dan Prabowo yang sama-sama memiliki banyak konstituen, hendak memberi keteladan kepada publik, bahwa dengan memberi apresiasi lewat langgam yang selayaknya, maka itu merupakan bentuk penghargaan atas kelebihan masing-masing. Kelebihan yang diarahkan untuk kepentingan bangsa dan negara.

Semoga lewat pesan politik yang terbangun lewat kebersamaan Jokowi dan Prabowo, bangsa ini bisa meminimalisasi energi yang tidak produktif seperti upaya upaya mensegregasi sesama anak bangsa. Sebaliknya membangun sikap agregasi agar sesama anak bangsa terus bersatu untuk berbuat dan berkarya bagi bangsa ini sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.

Salam Kebangsaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun