Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Politik

47 Tahun PDI Perjuangan, Masihkah Marhaenis?

10 Januari 2020   13:20 Diperbarui: 10 Januari 2020   14:17 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kaum marhean sendiri merasakan saban hari bagaimana mereka kekurangan segala galanya, kekurangan bekal hidup, kekurangan pakaian. Kekurangan benda rumah tangga, keurangan bekal pendidikan anaknya, kekurangan tiap tiap bekal manusia walau yang paling sederhana jua adanya. Bahwa marhaen adalah rakyat minimunm lijdster, yaitu masyarakat yang sudah begitu meralat hidupnya," kata Bung Karno dalam Mencapai Indonesia Merdeka.

Doc PDI Perjuangan
Doc PDI Perjuangan

Sebagai penerus ajaran dan perjuangan Bung Karno, maka pernyataan dalam pledio persidangan 1930 tersebut rasanya masih relevan buat seluruh anggota dan kader PDI Perjuangan yang hari ini berusia 47 tahun. PDI Perjuangan sebagai partai wong cilik, harus terus merefleksikan dan mengimplementasikan apa yang diadagumkan oleh Sukarno. Yakni tetap menjadi kaum marhaenis yang senantiasa memperjuangan keberadaan kaum marhaen, yaitu kaum kecil (melarat/miskin) di bumi Indonesia yang harus diperbaiki taraf kehidupannya.

Keberadaan kader di tiga pilar yakni eksekutif, legislatif dan struktural harus menjadi garda terdepan sebagai perilaku marhaenis sejati. Bung Karno  sejak masa revolusi sudah mengingatkan, sebagai kaum marhaenis maka harus menjadi bagian perjuangan dari sebuah partai pelopor. Yakni partai yang memegang obor, partai yang berjalan di muka dan yang menyuluh jalan gelap dan penuh dengan ranjau ranjau, sehingga menjadi jalan yang terang.

Dalam realitas kebangsaan kita saat ini, prosentase keberadaan masyarakat miskin sebanyak 9.7 persen dari jumlah penduduk Indonesia, sementara jumlah angka pengangguran mencapai 5,1 persen. Itu artinya mereka yang masuk dalam konssepsi Bung Karno sebagai marhaen, masih lumayan banyak jumlahnya. Keberadaan potret kemiskinan inilah yang harus menjadi tugas PDI Perjuangan sebagai partai pelopor lewat kader kadernya yang ada di tiga pilar, untuk memberi kebewustan (kesadaran) menuju pada keunggulan.

Kemiskinan sebagai jalan gelap dan ranjau keadilan sosial, menjadi tantangan bagi PDI Perjuangan yang sebagai partai pemenang pemilu 2019 dan mengantar kadernya terbanyak di Parlemen Pusat dan menjadi Presiden Republik Indonesia untuk dapat mengatasinya. Memang bukan tugas mudah, tapi paling tidak sebagai partai penguasa, maka tanggungjawab untuk mengatasi kemiskinan menjadi tugas utama.   

Megawati Simbol Marhaenis

 Dalam Buku Bu Mega menyebutkan, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri selalu mengingatkan para kader tentang Pancasila 1 Juni, tentang ajaran trisakti Bung Karno, tentang perjuangan panjang merebut kemerdekaan dan keharusan partai untuk melayani rakyat kecil. Dimana mana Megawati selalu mengatakan, intisari ajaran Bung Karno kalau diperas hanya ada dua. Yakni keharusan untuk mencintai tanah air dan keharusan untuk berpihak pada yang miskin, yang lemah dan yang terpinggirkan.

Doc PDI Perjuangan
Doc PDI Perjuangan

Sebagai anak biologis dan anak idiologis Bung Karno, ketegasan ajaran Bung Karno kepada kader partai oleh seorang Megawati bukan hanya menjadi retorika semata, tapi diimplemetasikan dalam tataran praksis. Konsekuensi sebagai anak idiologis Bung Karno yang menanamkan konsepsi marhaenis dalam alam kesadaran seorang Megawati, secara tidak langsung menjadikan dirinya sebagai simbol dari marhaenis itu sendiri.

Simbol yang memberi pesan bahwa dirinya berpihak ke wong cilik. Yakni sebuah sikap hidup seorang marhaenis yang berpihak dan melayani masyarakat miskin. Menggerakkan kadernya yang berada di tiga pilar eksekutif, legislatif dan struktural sebagai petugas partai, untuk selalu menangis dan tertawa bersama rakyat. Untuk selalu turun ke lapangan bertemu rakyat, menyerap aspirasi dan melayani mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun