Mohon tunggu...
Cerpen

Nyiur

28 April 2016   18:36 Diperbarui: 28 April 2016   18:38 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“ Belajarlah untuk melambaikan tanganmu dan mengikhlaskan yang paling kau banggakan tanpa harapan apa – apa.”

“ Jangan berharap sekalipun hal itu akan aku lakaukan untukmu!”

“ Citakan seribu alasan di dalam pikiramu untuk menolakku.”

“ Benarkah itu yang sungguh – sungguh kau inginkan?”

Tidak ada yang tahu nasib cinta akan berlabuh di dermaga mana. Dermaga keindahan ataukah dermaga penuh masalah. Hidup di dalam dunianya, mengenal seluruh kehidupan. Mengenal hati dan kepala. Mengapa dia begitu berkuasa untuk menarik hati setiap hati? Mengapa dia begitu berkuasa untuk membunuh semua rasa angkuh? Padanya semua insan tertunduk jujur. Hingga semua hati selalu luruh dibelainya.

Lincah sekali kebingungan berkeliaran di dalam benak. Seluruh pertimbangan rasional rusak dioceh kelenturannya. Mengatasinya bagai mengatasi dunia. Mengatasi emosi, mengatasi rasa. Dunia perasaan yang membentuk hayal jadi nyata.

“ Aku juga punya kebingungan untuk memastikan! Keputusanku untuk tidak memilihmu juga sedemikian indahnya demi mengorbankan hatiku juga. Bukankah mengorbankan cinta untuk kebahagiaan keluargamu tidak kalah mulianya dibandingkan keegoan kita berdua untuk saling memiliki.”

“ Aku kira kau tidak segila itu. Mampukah kau hidup dengan menipu hatimu? Jika kau meninggalkanku, kau adalah dosa terbesar yang pernah aku temui.”

Mereka berpelukan erat. Takdir cinta terlalu keras untuk mereka hadapi. Bak semut kecil di perut bumi, mereka semakin kecil dilihat dunia. Inikah dunia cinta? Dunia penuh hayalan, yang kalah akan ditimpa kenyataan. Dekapan mereka semakin erat, seakan tidak ingin satu ekor semutpun yang akan memisahkan mereka.

“ Di mana negeri rahasiamu?”

“ Di Flores.”

“ Kita akan hidup bahagia di sana.”

Denpasar, 16 April 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun