Mohon tunggu...
Efraim Mangaluk
Efraim Mangaluk Mohon Tunggu... Dosen - Wadah Berkisah Tentang Kita di Timur

Dosen Humaniora Universitas Ottow Geissler Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Pandemi dan Geliat Pendidikan di Pedalaman Papua

10 November 2021   13:24 Diperbarui: 10 November 2021   13:32 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Naosa Nopase Hipiri Abue

Nithe Sekolah Welagosik

Hipiri Abue

Naosa Nopase Hipiri Abue

Nithe Sekolah Welagosik

Hipiri Abue

Bapak dan Ibu, Saya Bawa Hipere (ubi jalar)

Saya Pergi Ke Sekolah

Cukup Bawa Hipere)

Makna syair lagu tersebut menjelaskan sebuah nilai kesederhanaan. Lagu yang mungkin sudah tercipta sekian lamanya dalam tradisi hidup masyarakat Dani memberi gambaran tentang anak-anak lembah Baliem yang bersemangat pergi ke sekolah. Semangat kesederhanaan yang terpatri dalam setiap hembusan kata-kata yang dinyanyikan dalam lagu tersebut, memberi pesan penting bahwa pendidikan adalah yang utama di tengah-tengah keterbatasan peserta didik di pedalaman. Dengan sepotong ubi jalar sebagai bekal mereka ke sekolah berkilo-kilometer jauhnya, sudahlah cukup. Mungkin itulah makna perjuangan untuk mendapatkan pendidikan bagi peserta didik di pedalaman Papua dalam segala keterbatasan dan kesederhanaan yang mereka miliki. Perjuangan tanpa batas.

Hidup pendidikan di tanah Papua!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun