Masyarakat Minangkabau dikenal kaya akan khasanah budaya, ditandai dengan banyaknya tradisi atau kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Banyak jenis tradisi dalam kehidupan masyarakat Minangkabau seperti balimau, babako, dan masih banyak yang lainnya.
Namun, pada umumnya tradisi-tradisi tersebut perlu dipertanyakan kembali keberadaannya karena perkembangan zaman telah menyebabkan terlupakannya tradisi tersebut karena menganggap tradisi tersebut sesuatu hal yang kuno.
Kalaupun masih ada pada saat sekarang ini, tradisi tersebut telah banyak terjadi perubahan tata cara pelaksanaannya. Namun sejatinya tradisi-tradisi tersebut mengandung unsur dan nilai luhur kehidupan masyarakat Minangkabau yang harus tetap dilestarikan oleh generasi muda Minangkabau sekarang ini.
Salah satu dari sekian banyak tradisi tersebut yaitu Tradisi Malamang. Lamang, makanan yang terbuat dari ketan dan di masak bersana dengan santan kelapa dan dikemas dalam wadah potongan bambu. Disamping makanan randang, ketupat, dan lainnya, lamang juga termasuk makanan khas tradisional Minangkabau.
Makanan lamang ini pada umumnya dapat ditemui di seluruh wilayah Sumatera Barat dan Minangkabau baik itu wilayah darek maupun wilayah rantau.
Lamang ini sangat erat kaitannya dengan peran Syekh Burhanuddin dari Pariaman. Dalam tambo masyarakat Minangkabau, dikisahkan bahwa syekh Burhanuddin suka berkunjung ke rumah-rumah warga untuk bersilaturahmi dan menyiarkan agama islam. Dalam masyarakat Minangkabau, sudah menjadi kebiasaan untuk menjamu para tamu.
Tradisi malamang ini harus dilestarikan karna tradisi ini sudah berkembang dari dahulu, dan menjadi salah satu makanan khas sumatera barat yang sering dijumpai pada hari-hari besar keagamaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H