Mohon tunggu...
EFLIN FIZIA YARAHMI
EFLIN FIZIA YARAHMI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Senang mempelajari hal hal baru, dan senang membaca berita terkini yang sedang hangat

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Mengenal Tradisi Malamang dalam Masyarakat Minangkabau untuk Penyambutan Tamu

16 November 2022   14:12 Diperbarui: 27 November 2022   18:02 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masyarakat Minangkabau dikenal kaya akan khasanah budaya, ditandai dengan banyaknya tradisi atau kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Banyak jenis tradisi dalam kehidupan masyarakat Minangkabau seperti balimau, babako, dan masih banyak yang lainnya.

Namun, pada umumnya tradisi-tradisi tersebut perlu dipertanyakan kembali keberadaannya karena perkembangan zaman telah menyebabkan terlupakannya tradisi tersebut karena menganggap tradisi tersebut sesuatu hal yang kuno.

Kalaupun masih ada pada saat sekarang ini, tradisi tersebut telah banyak terjadi perubahan tata cara pelaksanaannya. Namun sejatinya tradisi-tradisi tersebut mengandung unsur dan nilai luhur kehidupan masyarakat Minangkabau yang harus tetap dilestarikan oleh generasi muda Minangkabau sekarang ini.

Salah satu dari sekian banyak tradisi tersebut yaitu Tradisi Malamang. Lamang, makanan yang terbuat dari ketan dan di masak bersana dengan santan kelapa dan dikemas dalam wadah potongan bambu. Disamping makanan randang, ketupat, dan lainnya, lamang juga termasuk makanan khas tradisional Minangkabau.

Makanan lamang ini pada umumnya dapat ditemui di seluruh wilayah Sumatera Barat dan Minangkabau baik itu wilayah darek maupun wilayah rantau.

Lamang ini sangat erat kaitannya dengan peran Syekh Burhanuddin dari Pariaman. Dalam tambo masyarakat Minangkabau, dikisahkan bahwa syekh Burhanuddin suka berkunjung ke rumah-rumah warga untuk bersilaturahmi dan menyiarkan agama islam. Dalam masyarakat Minangkabau, sudah menjadi kebiasaan untuk menjamu para tamu.

lamang-tapai-638343a09557ec17030031d2.jpg
lamang-tapai-638343a09557ec17030031d2.jpg
Tujuan Malamang memang sebagai sarana berkumpul dan mempererat tali silaturahmi. Biasanya, lamang dibuat dalam jumlah banyak. Proses pembuatan lamang dimulai dari mencuci sipuluik atau beras ketan, kemudian dikeringkan. Lalu, dimasukkan dalam bambu sepanjang 60 sentimeter yang sebelumnya telah diberi alas daun pisang muda. Setelah itu, beri santan, garam, dan vanila secukupnya. Masak menggunakan kayu bakar. Proses membuat lamang hingga masak atau matang bisa memakan waktu sekitar lima jam dengan api kecil. Lamang yang sedang dibuat ini ada tiga rasa, yaitu rasa pisang, ketan, dan lamang galamai yang terbuat dari tepung beras. Menyantap lemang paling nikmat ditemani tapai atau ketan hitam yang sudah difermentasi.

Tradisi malamang ini harus dilestarikan karna tradisi ini sudah berkembang dari dahulu, dan menjadi salah satu makanan khas sumatera barat yang sering dijumpai pada hari-hari besar keagamaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun