"Lek,...iku arek wedok-wedok, londo ayu-ayu bojone siapa?"
"Duko."
"Byuh......Kang Duko, rek, kuat-e duwe bojo akeh. Bojone londo-londo! Pasti dia minum jamu kuat setiap hari."
Tukang becaknya tambah terhibur. Becak terus digenjot meluncur ke arah selatan. sampailah mereka di depan Gereja Katolik Pugeran.
"Lek, gereja yang besar itu punya siapa?"
"Duko."
"Oh.......Ndak ngira...Kang Duko itu Kresten, ta!" Tapi kok bojonya banyak. Katanya ndak bole?"
Tukang becaknya sekarang mulai geleng-geleng mikirin turisnya yang satu ini. Becak belok ke arah timur. Pas lagi kenceng-kencengnya meluncur, tiba-tiba serombongan pelayat memotong jalan diikuti mobil jenazah. Becak terpaksa berhenti. Ciiitt!
"Waduh! Orang meninggal! Siapa Lek yang meninggal?"
"Duko."
Mendengar jawaban ini, kontan Cak Maturi turun dari becak, berdiri sambil membuka topi laken-nya. Sebentar ia menggeleng-gelengkan kepalanya.