Mohon tunggu...
Efi Fitriyyah
Efi Fitriyyah Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer Bandung

Blogger Bandung

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Nonton Bola Semalam, dari Persib Sampai ke Jerman

3 Juli 2016   15:14 Diperbarui: 3 Juli 2016   15:44 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

What a night!

Mungkin itu kesan  yang cocok buat pertandingan bola yang saya tonton malam tadi (kalau jagoannya sama, lho).  Setelah Persib yang kembali bermain impresif dibawah besutannya coach Djanur, saya juga  dihibur dengan permainan ciamiknya Der Panzer, Jerman. Sebenarnya Jerman bukan tim unggulan saya di Euro ini. Koreksi, saya bukan fans berat timnas Jerman. Di Piala Dunia yang lalu, saya ikut senang Jerman jadi juara, tapi bukan karena ngefans, suka aja sama permainannnya.

 Lalu siapa timnas jagoan saya? 

Saya cuma punya dua jagoan, si merah yang diwaikli Liverpool dan si Biru, pangeran saya, maksudnya Pangeran  Biru Persib. Klub atau tim lain yang warnanya sama-sama merah atau sama-sama biru? Masa bodoh. Makanya meski pun Italia turundengan kostum birunya itu saya geming. Ga peduli. Meski katanya cowok-cowok pemain timnas Ialia itu ganteng maut.  Ah, saya cuek. Kan nonton bola liat skillnya, suka gaya mainnya, bukan tampangnya. 

Terus kenapa saya menjagokan Inggris,  timnasnya Rooney cs? Ah ini jawabannya subjektif. Meski materi pemainnya ga menjanjikan. Jujur, saya mupeng banget liat Stevie G eks kapten Liverpool dan timnas Inggris ini mengangkat trofi. Tau diri lah,  kalau Liverpool masih payah di level kompetisi BPL dan antar klub di Eropa, begitu juga dengan The Three Lionnya. Tapi keuekeuh aja,  Saya menaruh harapan ada keajaiban  yang bisa dibuat  The Three Lions diajang kompetisi antar negara. Entah itu di Piala Dunia atau Piala Eropa. Tapi, sekali lagi, saya sadar diri, kualitas individunya belum mumpuni. Makanya keinginan saya Inggris jadi juara itu emang subjektif (banget) kalau ga mau dibilang menghayal,  hehehe. Peace ya buat fans Inggris.  Lagian SG8 alias Stevie G  kan udah gantung sepatu dari timnas. Mungkin kalau dia jadi pelatih klub atau timnas, he can make it *masih ngarep* Setelaj Inggris tersingkir, baru deh saya lebih leluasa jagoin unggulan lainnya :D. 

Sebentar, saya balik dulu ke kompetisi lokal. Semalam itu permainan Persib kembali hidup.  Tapi lagi-lagi masalahnya ada di  konsentrasi yang mudah buyar dan cepat puas dengan hasil. Makanya, PSM bisa menyamakan kedudukan 2-2. Penyakit lama Persib. Saya udah pasrah aja kalau akhirnya Maung Bandung ini berbagi angka. Meski saya ga rela :D.

Tapi sesuatu terjadi. Kebuntuan itu pecah.  Dengan bekal ilmu baru Djanur dari Italia yang identik dengan skema bertahannya itu, Persib akhirnya meraih poin penuh. Heursah kata urang Sunda mah. Horeeee, gitu lah.

Ngomong-ngomong, saya sebel sama skema zona marking (lebih memaafkan skema man marking, tapi tetep sebel aja kalau pemain jagoan saya dibuat mati kutu), numpuk pemain di belakang atau taktik ala parkir bus yang diterapkan Jose Morinho. Saya suka tipe permainan yang ofensif,  atau kolektif dan permainan umpan pendek dari kaki ke kaki atau rotasi yang hidup antar lini.  Soal skema  Persib nanti yang rada berbau bertahan itu saya harap ga kental, ya. Males nontonnya, bikin ngantuk :D

Nah, semalam eh dini hari tadi, Jerman itu udah bagus mainnya. Ga terbawa irama permainan Italia.  Meski pun Oezil dkk lebih banyak beroperasi dari sisi sayap untuk membobol gawang Buffon.  Sementara  itu, banyak yang lebih menjagokan Italia dengan alasan klasik:  Jerman susah menang dari Italia. Faktanya sih yang emang gitu. Tapi saya tipikal penonton yang out of the box. Anti mainstream. Inget ga,  Piala Dunia kemarin pun Jerman berhasil mematahkan mitos timnas dari Eropa belum pernah menang di daratan Amerika? Nah, saya berharap Jerman juga bakal  berhasil memecahkan tradisi rekor pertemuan yang didominasi Italia itu.

Saya melewatkan babak pertama semalam dan baru nonton babak ke-2. Masih maen kacamata ternyata. Di babak kedua, Jerman lebih dominan dan berhasil membongkar pertahanan Italia meski finishingnya ga  mulus. 

Then, Mesut Oezil berhasil memecahkan kebuntuan. Yes,1-0!  Di sini saya mulai yakin Jerman bakal memenangkan pertandingan, meski harus terjeda dengan handballnya Boateng. Italia memelihara asa,  1-1. Duh, mulai tegang  lagi.  

Sampai 2x45 menit  skor ga berubah, 1-1.  Masuk ke babak tamabaha waktu, saya langsung mikir, Ini mah pasti toss-tossan.  Meski tetap berharap Jerman yang menang dari undian yang sebenarnya ga adil ini. Beneran, kalah dari  adu penalti itu nyesekin banget dibandang kalah di babak normal. Soalnya sama-sama tim kan sudah berusaha total selama 90 menit dan 2x 15 menit.  But the show must go on, right?

Sempet mencelos juga ketika tendangan Muller, Oezil dan Schweinsteiger  gagal. Irnonis, ya. Padahal Oezil pencetak gol Jerman di babak normal. Tapi saya sedikit terhibur ketika pemain-pemain Gli Azzuri juga mengalami hal yang sama dan ngikik lihat gesturenya Graziano Pelle ngambil giliran jadi penendang penalti. Ih ngapain dia gerak-gerak gitu? Mau ngecoh Neuer? Sebelum dia menendang bola dari titik putih saya udah berani menebak tendangan penaltinya bakalan miss.  Beneran aja. Penaltinya gagal. Ketegangan semakin memuncak, tapi saya pantang nonton sisa pertandingan sambil ngintip dari sela-sela jari. Anggap aja menikmati senssai adrenalin. Jarang-jarang kan, dini hari gitu?   Sempat bercanda sama adik saya, jangan-jangan nanti penonton ikutan turun buat main toss-tossan hahaha…. Ya ga mungkin lah *LOL*

 Tapi… akhirnya  memang perlu 18 pemain buat mengkeksekusi  dari titik putih untuk menentukan siapa pemenangdari pertandingan semalam, dan horeeeee meski jadi ‘fans dadakan’ timnas Jerman, saya ikut senang. Gila, saya ikutan tegang setiap Neuer dan Buffon bergantian harus berdiri di bawah mistar gawang untuk menghadang tendangan penalti. Over all, saya muji ketenangan kedua kiper ini.  Antisipasinya udah oke. Diving ke sisi kanan yang sering dilakukan udah pas, sama dengan rata-rata arah tendangan eksekutor yang mengincar sisi kanan gawang (dari sisi kiper). Meski kebanyakan penalti yang meleset buka karena hasil blocking, tapi melenceng.  

But anyway,   ini mah semacam kombinasi 'psywar yang dikondisikan' dan faktor luck untuk menentukan siapa pemenangnya.  Lihat aja, Joshua Kimmich, pemain paling muda dari deretan eksekutor timnas Jerman ini malah berhasil melesakan satu tendangan penaltinya. FYI, timnas Jerman ini dihuni oleh skuad dengan rerata usia paling muda di antara tim yang lain. Nafas Jerman memperbanyak jam terbang pemainnya di kompetisi antar negara masih panjang, paling tidak untuk 2-3 kompetisi Euro selanjutnya dengan komposisi pemain sekarang.  

sumber: www.bola.com
sumber: www.bola.com
Lagu Unwrittenya Natasha Bedingfield langsung membenak di kepala saya. IMHO, Lirik yang bagian ini cocok banget:

I break tradition, sometimes my tries, are outside the lines
We've been conditioned to not make mistakes, but I can't live that way

Yes, lagi-lagi Jerman memecahkan mitos. Ya sih, belum tentu Jerman bakal lolos dari semifinal dan jadi juara nanti. Tapi sebagai penonton yang ga mau rugi, saya senang dengan permainan yang terbuka dan masing-masing tim bermain ofensif. Selamat buat timnas Jerman dan pendukungnya. Buat laga nanti malam, saat Perancis bertemu islandia, saya ga tau mau jagoin siapa. Di atas kertas harusnya Perancis bisa mengatasi Islandia. Tapi kalau ternyata prediksi umum yang terbukti alias Perancis yang menang, semifinal Jerman vs Perancis ga boleh dilewatkan lagi. Maunya saya sih final yang ideal itu Jerman vs Portugal. Ah, Let's See. Ini enaknya jadi penonton yang netral kayak saya. Nothing to loose ketika menonton pertandingan hehehe (padahal jagoan saya kayak Inggris atau Ceska udah mudik duluan).

Kalau tahun 2000 Perancis berhasil mengawainkan gelar Juara Dunia dan Euro, sekarang giliran Jerman aja, deh yang mengawinkan gelar yang sama.  Ada yang setuju sama harapan saya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun