Sampai 2x45 menit  skor ga berubah, 1-1.  Masuk ke babak tamabaha waktu, saya langsung mikir, Ini mah pasti toss-tossan.  Meski tetap berharap Jerman yang menang dari undian yang sebenarnya ga adil ini. Beneran, kalah dari  adu penalti itu nyesekin banget dibandang kalah di babak normal. Soalnya sama-sama tim kan sudah berusaha total selama 90 menit dan 2x 15 menit.  But the show must go on, right?
Sempet mencelos juga ketika tendangan Muller, Oezil dan Schweinsteiger  gagal. Irnonis, ya. Padahal Oezil pencetak gol Jerman di babak normal. Tapi saya sedikit terhibur ketika pemain-pemain Gli Azzuri juga mengalami hal yang sama dan ngikik lihat gesturenya Graziano Pelle ngambil giliran jadi penendang penalti. Ih ngapain dia gerak-gerak gitu? Mau ngecoh Neuer? Sebelum dia menendang bola dari titik putih saya udah berani menebak tendangan penaltinya bakalan miss.  Beneran aja. Penaltinya gagal. Ketegangan semakin memuncak, tapi saya pantang nonton sisa pertandingan sambil ngintip dari sela-sela jari. Anggap aja menikmati senssai adrenalin. Jarang-jarang kan, dini hari gitu?  Sempat bercanda sama adik saya, jangan-jangan nanti penonton ikutan turun buat main toss-tossan hahaha…. Ya ga mungkin lah *LOL*
 Tapi… akhirnya  memang perlu 18 pemain buat mengkeksekusi  dari titik putih untuk menentukan siapa pemenangdari pertandingan semalam, dan horeeeee meski jadi ‘fans dadakan’ timnas Jerman, saya ikut senang. Gila, saya ikutan tegang setiap Neuer dan Buffon bergantian harus berdiri di bawah mistar gawang untuk menghadang tendangan penalti. Over all, saya muji ketenangan kedua kiper ini.  Antisipasinya udah oke. Diving ke sisi kanan yang sering dilakukan udah pas, sama dengan rata-rata arah tendangan eksekutor yang mengincar sisi kanan gawang (dari sisi kiper). Meski kebanyakan penalti yang meleset buka karena hasil blocking, tapi melenceng. Â
But anyway, Â ini mah semacam kombinasi 'psywar yang dikondisikan' dan faktor luck untuk menentukan siapa pemenangnya. Â Lihat aja, Joshua Kimmich, pemain paling muda dari deretan eksekutor timnas Jerman ini malah berhasil melesakan satu tendangan penaltinya. FYI, timnas Jerman ini dihuni oleh skuad dengan rerata usia paling muda di antara tim yang lain. Nafas Jerman memperbanyak jam terbang pemainnya di kompetisi antar negara masih panjang, paling tidak untuk 2-3 kompetisi Euro selanjutnya dengan komposisi pemain sekarang. Â
I break tradition, sometimes my tries, are outside the lines
We've been conditioned to not make mistakes, but I can't live that way
Yes, lagi-lagi Jerman memecahkan mitos. Ya sih, belum tentu Jerman bakal lolos dari semifinal dan jadi juara nanti. Tapi sebagai penonton yang ga mau rugi, saya senang dengan permainan yang terbuka dan masing-masing tim bermain ofensif. Selamat buat timnas Jerman dan pendukungnya. Buat laga nanti malam, saat Perancis bertemu islandia, saya ga tau mau jagoin siapa. Di atas kertas harusnya Perancis bisa mengatasi Islandia. Tapi kalau ternyata prediksi umum yang terbukti alias Perancis yang menang, semifinal Jerman vs Perancis ga boleh dilewatkan lagi. Maunya saya sih final yang ideal itu Jerman vs Portugal. Ah, Let's See. Ini enaknya jadi penonton yang netral kayak saya. Nothing to loose ketika menonton pertandingan hehehe (padahal jagoan saya kayak Inggris atau Ceska udah mudik duluan).
Kalau tahun 2000 Perancis berhasil mengawainkan gelar Juara Dunia dan Euro, sekarang giliran Jerman aja, deh yang mengawinkan gelar yang sama. Â Ada yang setuju sama harapan saya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H