Serasa pelupuk mata ini kering dan kerontang di sana
Airmata telah mengering, laiknya air terjun saat musim kemarau tiba
Terlalu pedih namun apa hendak dikata, ini adalah realitanya
Seperti berusaha menembus kabut putih yang membutakan pandangan mata
Kukayuh sepedaku hingga berpeluh, mengairi pelupuk mata yang memerih oleh nestapa
Ingin meraih tangan seseorang yang begitu dekat, namun bahkan mengibaskan dan lewat belaka
Kukayuh lagi hingga melampaui batasanku
Laiknya mengalirkan seluruh adrenalin disana
Meluapkan segala rasa yang ada
Hampa , pedih , perih yang tak terkata
Kemarahan bahkan bergejolak begitu hebatnya
Ingin berteriak dalam segala rasa putus asa
Namun tersadar adalah hal yang sia-sia belaka
Memaafkanmu hingga melampaui batasanku yang ada
Memaklumimu seperti pohon memaklumi angin yang hanya melewatinya
Mengerti tentangmu seperti matahari dan bulan harus selalu bersilang waktunya
Melampaui batasanku lalu menyerah pada yang ada
Meraihmu lagi namun gagal untuk memahaminya
Kupejamkan diri ini saat bersepeda
Mengingat semua rasa
Lalu terjatuh di parit comberan berjelaga
Anehnya diriku bisa tertawa
Rasa suntuk dan putus asa itu sirna seketika
Begitu sederhana pada akhirnya
Saatnya kembali ke dunia nyata
Menghadapinya seperti prajurit gagah perkasa
Menerimamu dengan segala apa yang ada
Tak tahu hendak lari kemana
Bahkan tak mampu pula dengan kayuhan sepeda
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI