Pemuda bertato petir di dekat jempol tangan kanan, menuju ibukota, perasaan bersalah terus mendera karena mencelakai seseorang. Itu karena dirinya butuh uang untuk membayar hutang cukup besar karena ditipu oleh investasi yang menggiurkan dan ternyata penipu wahid. Pamannya memberi informasi tentang siapa pria yang menipunya dan memberikan solusi bagaimana cara menuntaskan semuanya.Â
Pria penipu itu terlempar dari kereta saat menjelang kereta berhenti, pria muda bertato di dekat jempol tangan kanannya yang mendorongnya dari pintu kereta, begitu pintu terbuka di ujung satunya.
Lalu menyadari kesalahannya, pamannya memanfaatkan frustrasi dan kelemahan dirinya, pria yang didorongnya justru sedang menyelidiki investasi itu, ini saatnya menebus dosa dengan menyerahkan diri dan pamannya sendiri sebenarnya penipunya dan dia juga akan menuntut agar pamannya dihukum juga.
Dalam perjalanan kereta, pria bertato bercerita pada seorang wanita yang duduk di sampingnya, bagi patung dan robot dan airmata yang terus menerus menetes dari pelupuk mata wanita itu.
Sang wanita memejamkan matanya, ingatan akan catatan buku harian suaminya tentang teror dari pemuda bertato yang tak dikenal oleh suaminya, di kantor suaminya.
Sepanjang perjalanan kereta, sang pembunuh dan istri korban saling berbicara, lalu hukum bertindak selanjutnya.
Beberapa minggu sesudahnya, wanita itu bicara pada  nisan suaminya, janji telah terlaksana dan tabir terbuka.
 Cerita imajinasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H