Saya khilaf
Itu yang saya rasa akan dipakai sebagai alasan banyak hal, ketika mendapati harus datang ke kantor polisi karena adanya pelaporan pihak lain dan dianggap merugikan ataupun terkena UU ITE atau hal yang lebih parah.
-Saya khilaf membunuh
-Saya khilaf menuliskan cuitan ujaran kebencian
-Saya khilaf membuat meme hanya untuk lucu-lucuan
-Saya khilaf mencuri
-Saya khilaf  menghina seseorang
Khilaf.Apa arti khilaf sebenarnya?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,khilaf artinya keliru atau salah (yang tidak sengaja).
Yang jadi masalah adalah efek dari kekhilafan tadi menjadi tidak sama dengan situasi sebelum kekhilafan dalam bentuk apapun terjadi.
Kata-kata tidak bisa ditarik kembali,begitu juga dengan perbuatan.
Sedikit menyentil mengenai Hanum Rais dengan cuitannya tentang Pak Wiranto,yang akhirnya dilaporkan oleh Jam'iyyah Jokowi Maaruf,karena cuitan tersebut cenderung bersifat memperkeruh situasi, menyesatkan opini dan ujaran kebencian.Bukan hanya sekali. (Tempo.co.11 Oktober 2019)
Entah apapun alasannya,penyesalan itu selalu terakhir datang setelah kejadian.Mungkin secara sadar dilakukan atau tidak sadar juga bisa,seperti contoh gambar seorang wanita yang bertubuh berisi dijadikan meme yang berujung pada pelaporan ke polisi.
Mungkin jaman dimana medsos begitu melekat dan tidak disertai kesadaran diri tentang berkata atau mengetik kata,justru itu yang akan merepotkan.Manusia tetap saja punya pakem saya rasa .Hanya dipakai atau tidak,disitu masalahnya.
Gimana tidak merepotkan?
Harusnya rutinitas biasa,jadwal biasa harus kemudian berurusan dengan pihak berwajib gara-gara keteledoran kendali pakem kata-kata dan sikap belum lagi efek psikologis pasti ada untuk sebuah peristiwa.
Mungkin memang ada yang benar-benar khilaf karena panik,pada beberapa kasus pembunuhan.Lha nyawa orang!
Selayaknya nasihat orang tua dulu, mungkin ditempel di dinding atau dijadikan wall paper handphone
'If you can not talk wisely,just be quiet'kasarnya(shut up).
'Jika tidak bisa ngomong baik,lebih baik diam'
Daripada lalu mengujarkan kebencian atau neko-neko,yang repot siapa?
Itu kalau menurut saya sekeluarga lho.
Daripada menyakiti dan merendahkan orang apalagi menghina,apalagi memperkeruh suasana,lebih baik menulis puisi saja.
Semoga tidak pernah ada salah kata kemudian hari.
Salam
Sekian.
Tambahan sumber Tempo.co.11 oktober 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI