Suatu hari saya ketakutan dipanggil oleh kepala sekolah, karena senakal-nakalnya saya gadis tomboy yang sering terlambat sekolah, atau membawa mainan othok-othok yaitu dua bola dari plastik yang keras ada tali dan jika diayun bunyi tok-tok dan dimarahi guru olahraga dan divil tanpa dikembalikan, tidak ada kenakalan lain.
Ternyata mendapat ucapan terima kasih dari kepala sekolah karena tulisan bahasa jawa saya dimuat di koran wilayah Jateng dan itu cukup membanggakan. Hadiah satu pak buku (jaman itu sangat berati) saya dapatkan. Saya menjadi kebanggaan guru bahasa Jawa dan kata saudara saya, nama saya diceritakan saat pelajaran untuk menjadi contoh menulis di koran.
Masa SMA saya masuk IPA dan lumayan berat bagi saya, tidak punya waktu untuk menulis,tetapi saya dimasukkan ke klub atau grup bahasa Inggris yang setiap seminggu dua kali mendapatkan pelajaran tambahan supaya kami sekitar tujuh orang ini tambah meminati bahasa Inggris dan guru bahasa Inggris ini menyarankan, masuklah ke Sastra Inggris.
Saya tidak masuk ke pilihan pertama Sastra Inggris UGM tetapi IKIP Negeri yang mengacu untuk menjadi guru. Enam semester di sana, tahun kedua saya masuk UGM karena saya harus masuk UGM, itu cita-cita saya. Tahun Ketiga saya bersama teman kuliah mendaftar bekerja full time. Saya diterima satu-satunya, padahal yang lain prodinya lebih tinggi dari passing grade prodi tempat saya. Saya kepontal-pontal membagi waktu ditambah mulai PDKT. Saya lepaskan IKIP (saya tidak bisa menjadi guru karena saya idealis, yah masih mahasisiwi). Sejak SMP akhir sudah tidak pernah menulis.
Lima tahun terakhir berusaha menulis cerpen dan saya kirimkan ke majalah semacam Femina atau Nova dan mendapat jawaban yang intinya adalah Ucapan terima kasih karena telah mengirimkan tulisan, silahkan dicoba lagi.
Hanya satu tulisan itu. Sejak tiga bulan saya melihat beberapa wadah seperti Kompasiana dan Mojok, saya berminat keduanya. Tetapi saya memutuskan masuk ke Kompasiana yang tidak ribet.
Saya mencantumkan link saya di FB dan WA supaya teman-teman saya bisa membaca tulisan saya si mantan penulis cilik yang amnesia pada aturan menulis (hampir 40 tahun).
Saya berfikir sederhana juga, selama admin Kompasiana tidak melarang atau menghapus tulisan saya (belum pernah dihapus) semoga tidak, kalau ya pun saya tidak akan menuntut, saya hanya tamu yang menuruti aturan yang berlaku dan tidak akan bersikap defensif bahwa pilih kasih. Puyeng Admin  nanti. Iklan atau apapun. Saya akan jalan terus.Â
Tidak peduli berapa pageviews saya dapatkan, tidak peduli saya memvote orang dia tidak balik memvote, tidak peduli saya komen tidak dijawab (karena saya selalu berusaha menjawab). Hanya satu yang bisa menghentikan saya menulis, jika saya punya ide. Ini blog umum, mau menulis 10-20 selama admin tidak menghadang atau menghapus, jalan terus.
Saya juga berjanji tidak akan menuliskan sesuatu sebagai jawaban tulisan seseorang,puisi yang agak-agak bikin risih, menyindir seseorang, menilai hidup orang lain seolah-olah alpa bahwa kita kadang melakukannya atau mengatur orang lain, kecuali masalah ketidak pantasan. Saya akan menguji 'apakah ini tulisan yang pantas? isinya'. Dan tidak menuliskan kebohongan, kebangetan, kecuali fiksi atau puisi itu imajinasi. Bukan fakta beneran.
Terima kasih Kompasiana, wadah bagi yang ingin menulis dan semoga tulisan yang muncul  selalu berguna. Waktu luang saya gunakan untuk menulis dimana saja. Pakai notes yang tidak ribet.