Mohon tunggu...
Efi anggriani
Efi anggriani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya-Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Plastik dan Berbagai Usaha Meminimalisasi Penggunaannya

10 Mei 2019   03:21 Diperbarui: 10 Mei 2019   06:18 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya kapan munculnya yang namanya  plastik atau terutama yang sedang  'hitz' menjadikan masalah lingkungan hidup.

Era delapan puluhan tas kresek atau  tas plastik muncul.Masih jarang juga dan ada cerita malah masa itu bersekolah gaya-gayaan pakai tas kresek atau gaya-gayaan pakai tas dari kantong gandum sebagai sesuatu yang'fashionable'.Tas kresek akhirnya dilarang dibawa sebagai tas sekolah karena mengganggu bunyinya'kresek-kresek' .Mungkin itu sebabnya dinamai tas kresek karena bunyinya.

Tas kresek menggantikan tas belanja ibu-ibu yang dulu tasnya mesti dibawa saat berbelanja.Pola hidup tidak membawa apa-apa yang dianggap lebih ringkas itulah yang akhirnya menjadikan tas kresek menjadi gaya berbelanja dimanapun,pulang-pulang membawa tas kresek ,isinya bisa belanjaan,makanan pokoknya segala macam belanjaan

Beberapa tahun kemudian gencar diadakan sosialisasi bahwa tas kresek yang warna hitam disebut sebagai tas kresek daur ulang dilarang keras untuk tempat makanan matang yang langsung dimasukkan kesitu.

Sebenarnya sudah jauh-jauh hari para penganut 'greenlife 'mensosialisasikan bagaimana caranya  agar pemakaian plastik terutama dalam hal ini tas kresek dikurangi atau  bahkan di hentikan.

Sudah ada upaya misalnya:

Pertama,kalau belanja pakailah tas yang bisa dipakai kembali.

Kedua ,kalau mau pakai tas kresek anda harus bayar .

Ketiga ,ada semacam toko yang memang tidak menyediakan tas kresek sama sekali.

Keempat,ada beberapa gerai makanan yang sudah menggunakan kantong kertas sebagai tempat makanan.

Semua upaya itu hanya berjalan sebentar,para pembeli mengeluh atau tidak masalah membayar tas kresek daripada repot-repot bawa tas yang bisa dipakai berulangkali,apalagi jika belanjaanya daging-dagingan atau ikan,meski sudah pakai plastik pembungkus tetap saja bau atau kadang berair dan repot mencuci tas 're use'tadi

Bertahun-tahun kemudian sekitar setahunan ini kembali lagi:

Satu,tas kresek berbayar di beberapa toko.

Dua,tidak menyediakan straw atau sedotan minuman di gerai makanan cepat saji

Tiga,yang dengan bungkus kertas tetap dengan bungkus kertas.

Empat,adanya tas-tas're use'yang bisa dilipat mirip dompet koin bagi pembeli produk tertentu.

Lima ,gerai kopi  kebanyakan sudah memakai tas dari kertas untuk pembelian merchandise.

Upaya itu sudah dilakukan gerakan' tanpa tas kresek'.

Saya rasa demikianlah berbagai upaya untuk mengendalikan bertambahnya penggunaan tas kresek  yang hampir tiap hari sekian kali sekian untuk kegiatan belanja dan lain sebagainya.

Sekian

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun