Mohon tunggu...
Efi anggriani
Efi anggriani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya-Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

"Chasing the Rainbow" Mengejar Pelangi Part 2

6 Mei 2019   10:06 Diperbarui: 6 Mei 2019   10:21 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

'Dalam kejapan mata,hidup bisa berubah total'

Medio Februari bulan  Ramadan baru berawal.Hari pertama Puasa.

Di rumah sakit.

Trista berusaha memfokuskan pandangannya,airmata mengalir deras tanpa suara atau tangisan.Tiap kali membuka matanya,serasa di kapal oleng  dan kepalanya serasa berputar hingga muntah lagi.

Flashback itu,sebelum kecelakasn parah.

'Mimpi berdandan cantik'hati-hati,hari gini,percaya mimpi.

Ia sudah memakai seragam kantornya,lalu mencium putrinya yang berumur 9 bulan diasuh baby sitternya.Berangkat  ke kantor naik motor dan sesuatu seperti mimpi,rasa sakit,kegelapam,bunyi sirene.

Kembali ke realita kini

Bulan Februari ,ulang tahun anak pertama,tapi dirinya di rumah sakit sedang mengandung anak kedua yang janinnya berumur tiga bulan,terbaring sekarat di rumah sakit.

"Jangan Panggil aku tolong,anakku baru satu tahun,aku tidak bisa menemaninya,hanya bersama baby sitternya di hari ulang tahunnya.Janinku baru tiga bulan.Jangan panggil aku,Jangan sekarang,jangan sekarang.Tolong Jangan,kasihan mereka"

Dia menjerit dalam diam dengan seluruh permintaan seluruh doa,airmata mengucur di sudut matanya bagai air sungai mengalir.tak berhenti.

Gegar otak parah,hematoma sebesar telur di kepalanya,belum bisa membuka mata karena setiap membuka mata dirinya dan ruangan berputar.

Di rumah sakit,memyaksikan dengan telinganya karena takut membuka mata, para penunggu pasien berbuka puasa,atau sahur,atau berisik hingga ia ingin marah.

Ia ingin pulang,sebulan sudah di rumah sakit tanpa bertemu anak sulungnya.Dua dokter menanganinya dokter bedah dan dokter kandungan.

Tiap hari mendesak pulang,lalu mual.

Ketika Hematoma mengecil dan kempes dan mualnya tidak sesering dulu,Trista memaksa pulang ke rumah dalam keadaan belum bisa duduk.

Dua hari memjelang lebaran dirinya pulang ke rumah dan menangis ketika anak pertamanya tidak mengenalinya.

'Siapa...siapa...Apa .?"

Tanyanya,airmata Trista mengalir sangat deras.

Hidup selanjutnya,kandungannya belum begitu nampak meski sudah hampir 4 bulan.Dirinya  belajar bangkit pelan-pelan agar tidak mual.

Mulai belajar seperti bayi belajar berjalan,tapi ia berkeringat dingin nyaris pingsan.Sebulan lagi ia cuti sakit dan kembali seperti dulu meski masih harus berhati-hati.

Kandungannya mulai nampak,anak keduanya,yang untungnya tidak apa-apa di dalam kandungannya meski mengalami kecelakaan parah.

Trista merasa seperti dilahirkan kembali dan merasa sangat berbeda.

Terima kasih Tuhan,aku masih bisa bersanding dengan bayi-bayi kecilku.

Terima kasih..

Bersambung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun