Dia menjerit dalam diam dengan seluruh permintaan seluruh doa,airmata mengucur di sudut matanya bagai air sungai mengalir.tak berhenti.
Gegar otak parah,hematoma sebesar telur di kepalanya,belum bisa membuka mata karena setiap membuka mata dirinya dan ruangan berputar.
Di rumah sakit,memyaksikan dengan telinganya karena takut membuka mata, para penunggu pasien berbuka puasa,atau sahur,atau berisik hingga ia ingin marah.
Ia ingin pulang,sebulan sudah di rumah sakit tanpa bertemu anak sulungnya.Dua dokter menanganinya dokter bedah dan dokter kandungan.
Tiap hari mendesak pulang,lalu mual.
Ketika Hematoma mengecil dan kempes dan mualnya tidak sesering dulu,Trista memaksa pulang ke rumah dalam keadaan belum bisa duduk.
Dua hari memjelang lebaran dirinya pulang ke rumah dan menangis ketika anak pertamanya tidak mengenalinya.
'Siapa...siapa...Apa .?"
Tanyanya,airmata Trista mengalir sangat deras.
Hidup selanjutnya,kandungannya belum begitu nampak meski sudah hampir 4 bulan.Dirinya  belajar bangkit pelan-pelan agar tidak mual.
Mulai belajar seperti bayi belajar berjalan,tapi ia berkeringat dingin nyaris pingsan.Sebulan lagi ia cuti sakit dan kembali seperti dulu meski masih harus berhati-hati.