Mohon tunggu...
F H. Wismono
F H. Wismono Mohon Tunggu... Ilmuwan - Seorang ASN di sebuah Lembaga Pemerintah Non Kementerian

Aku ingin menjadi bintang dilangit.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menggerakkan Inovasi Daerah di Tahun 2020

31 Desember 2019   23:34 Diperbarui: 31 Desember 2019   23:36 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kisah ini ditulis berdasarkan perjalanan riil dalam mengawal berbagai daerah dalam menghadirkan inovasi secara luas di semua level pemerintah daerah. Tentu saja banyak hal yang sifatnya personal karena berdasarkan observasi dan pengalaman selama mendampingi para agen inovasi daerah bergerak menggelorakan inovasi.

Kesadaran berinovasi di daerah mungkin telah dimulai sejak lama, namun tiap daerah memiliki starting point yang berbeda. Hingga sekarang bahkan ada daerah yang mungkin belum memahami sepenuhnya pentingnya inovasi bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih baik lagi.

Indikasi "kemarahan" Presiden Jokowi karena regulasi yang masih berbelit hingga akhirnya diambil keputusan untuk menghilangkan eselon III dan eselon IV, membuat kalang kabut para pejabat baik di pusat dan daerah.

Memang saat ini yang begitu terasa adalah pemangkasan level Jabatan Administrator (eselon III) dan Jabatan Pengawas (eselon IV) di tingkat kementerian/ lembaga.

Namun bukan tidak mungkin secepatnya tahun 2020 nanti, semua daerah akan terkena imbas instruksi presiden tersebut. Selain masih berbelitnya regulasi yang menyebabkan bertele-telenya pelayanan, problematikan SDM aparatur di era otonomi daerah saat ini adalah masih rendahnya kompetensi dan kinerja ASN.

Data Kemen PAN & RB (2019 dan Bappenas (2019) menunjukkan 34,57% ASN memiliki kompetensi dan potensi rendah yaitu terlihat pada kualitas kinerja, produktivitas serta budaya kerja yang pada umumnya juga masih rendah.

Selain itu, 39,09% dari jumlah PNS yang 4 jutaan itu diisi oleh pejabat pelaksana atau jabatan fungsional umum dan hanya 7,53% nya yang merupakan pejabat fungsional selain tenaga kependidikan dan kesehatan. Sehingga sekali lagi Pak Jokowi minta agar nantinya ada impassing para ex pejabat struktural menjadi pejabat fungsional yang membidangi fungsi-fungsi tertentu demi mendorong kinerja SDM Aparatur lebih baik lagi.

Selain masalah terkait SDM Aparatur, secara umum bangsa Indonesia menghadapi berbagai tantangan, antara lain: pertumbuhan ekonomi yang hanya berada di kisarang angka rata-rata 5%. Meskipun jika dibanding negara lain, kita masih lebih beruntung menjaga pertumbuhan ekonomi positif, namun dari target yang ditetapkan pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi diatas 8% tentu target itu meleset.

Kemudian perekonomian yang masih condong dan didominasi di Jawa dan Sumatera saja juga menjadi persoalan lain. Lambatnya pertumbuhan industri pengolahan seperti yang diwacanakan pemerintah, masih menjadi PR besar tahun-tahun mendatang.

Lebih jauh lagi penerimaan pajak yang belum mencapai target, ditambah dengan investasi, daya saing, dan inovasi yang masih rendah. Hal inilah yang menjadikan presiden gusar diawal pidato kenegaraannya beberapa waktu lalu.

Inovasi Sebagai Terobosan Mengakselerasi Kinerja

Posisi kinerja birokrasi yang sepertnya bergerak naik turun tapi sebenarnya tidak kemana-mana mirip bianglala adalah akibat proses bisnis birokrasi yang bekerja layaknya business as usual. Berkali-kali presiden meminta ada cara-cara baru yang menerobos dan melompat jauh kedepan dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Orang lebih mengenal dengan istilah adanya perubahan signifikan melalui inovasi-inovasi yang dilakukan, mungkin itu yang diharapkan presiden. Sebagai seorang pengusaha tentu haqul yakin bahwa perlu ada inovasi baru terus menerus agar pelayanan kepada publik menjadi semakin baik. Hanya saja perlu ditemukan bagaimana cara agar seluruh proses bisa berjalan secara alami namun cepat waktunya.

Maka berlomba-lombalah daerah-daerah dalam gerakan birokrasi inovatif, yang melahirkan daerah dengan berbagai inovasinya. Indikator riilnya bisa dilihat dari antusiasme daerah saat mengikuti kompetisi inovasi yang digagas Kemen PAN&RB yaitu SINOVIK dengan top 99 inovasinya.

Namun jika dilihat kembali, dari tahun ketahun penerima penghargaan tidak luput dari daerah yang itu-itu saja, sehingga menimbulkan adanya gap inovasi antar daerah.

Fenomena tersebut yang kemudian melahirkan gagasan konsep Laboratorium Inovasi, agar daerah memiliki momentum menyamakan persepsi mengenai inovasi. Konsep Laboratorium Inovasi menjadikan inovasi yang dilakukan oleh daerah menjadi lebih terukur, terarah, dan lebih cepat lagi. Model penyampaikan yang tidak hanya teori, tetapi disertai praktik pendampingan hingga implementasi inovasi serta launching hasil inovasi telah dibuktikan oleh daerah yang menerapkan.

Bukan hanya produk inovasi yang dihasilkan, namun Laboratorium Inovasi sebenarnya menyiapkan ekosistem inovasi dan juga para agen inovasi yang kemudian dikenal dengan para champion innovation.

Kesungguhan Membuahkan Hasil

Sehebat apapun konsepnya tapi jika tanpa disertai komitmen untuk melaksanakannya maka akan menjadi percuma saja. Selain itu perlu sinergi dan kolaborasi antar pemangku kepentingan dan juga antar daerah perlu digalakkan lebih lagi. Tidak ada daerah super yang bisa maju sendirian tanpa bantuan dari orang dari luar daerahnya, atau bahkan dari daerah lain.

Faktor pemimpin daerah menjadi kunci keberhasilan inovasi daerah jika memang sungguh-sungguh ingin membuat perubahan yang berdampak perbaikan pelayanan publik dan kemajuan daerah. Tidak ada upaya yang keras kecuali akan menuai buah yang manis, termasuk dalam berinovasi. Tidak ada yang instan, semua melalui proses dan Laboratorium Inovasi memberikan pengalaman menjalankan proses secara terstruktur dan sistematis.

Bagi daerah yang sudah mampu menghasilkan perubahan besar melalui inovasi tentu akan menjadi lebih mudah jalannya di tahun mendatang. Namun untuk daerah yang belum mulai, maka momentum pergantian tahun ini, mari niatkan untuk menjadikan tahun 2020 adalah tahun inovasi di daerahnya.

Sambut pergantian tahun dengan semangat berinovasi yang tiada henti. Bukan hanya NKRI saja yang harus harga mati, inovasi juga seharusnya juga harga mati!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun