Mohon tunggu...
Fadlan Hidayat
Fadlan Hidayat Mohon Tunggu... -

belajar menuangkan pikiran;

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kemerosotan Moral Akankah Dibiarkan?

19 April 2012   14:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:25 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di samping pemahaman kebebasan dalam pergaulan, paham dari asing yang ada di tengah tumbuh dalam kehidupan kita sekarang adalah paham memisahkan atau setidaknya mengkerdilkan peran agama (sekulerisme). Bentuk nyatanya adalah seorang muslim memandang remeh setiap aktivitas yang melanggar perintah agamanya. Termasuk misalnya taat dalam melaksanakan aktivitas ibadah mahdah seperti shalat, puasa, dan lainnya, namun juga melakukan aktivitas maksiat yang dilarang. Di sinilah hubungan yang bisa menjelaskan bagaimana pemahaman agama yang tidak tepat dapat berujung pada perilaku yang bertentangan atau melanggar aturan agama.

Langkah Preventif

Permasalahan kemerosotan moral remaja adalah pekerjaan rumah kita semua. Tidak sama sekali kita menginginkan Banjarmasin merugi di kemudian hari.

Akar permasalahan kemerosotan moral yang terjadi adalah karena paham kebebasan atau liberalism. Hal ini kemudian ditambah dengan paham mengkerdilkan agama (sekularisme) yang menjangkiti umat Islam terutama. Berdasarkan hal ini maka segenap pihak dapat merumuskan langkah-langkah ke depan.

Dalam kajian sosiologi, kepatuhan terhadap norma agama dapat dimulai dari mengenalkan nilai dan norma dari agama, atau agama itu sendiri. Pengenalan yang menyeluruh menyentuh  aspek pergaulan (sosial) dan lainnya menjadi semakin urgen, ketika paham sekulerisme menggerogoti masyarakat. Langkah pengenalan ini terus dikawal hingga remaja memahami, mentaati dan menghargai pedoman agamanya. Sudah semestinya semua pihak menyadari untuk membentengi generasi muda dengan agama dari paham-paham asing yang merugikan.

Tidak kalah penting tentu adanya kontrol sosial. Peran dari keluarga, sekolah, masyarakat dan Negara sangat diperlukan sekali. Orang tua tidak bisa  hanya menyerahkan kontrol sosial kepada sekolah. Negara atau pemerintah tidak bisa hanya menonton kontrol sosial yang berlangsung di masyarakat. Bahkan Negara memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk menyelamatkan dan membentengi generasi muda dari paham kebebasan (liberalisme) dan pengerdilan agama (sekulerisme). Sebab faktanya, beredarnya film, sinetron, novel, majalah dsb tidak mungkin tanpa ada persetujuan Negara..

Betapapun, penting bagi kita untuk menjawab pertanyaan, “Akankah demoralisasi (kemerosotan moral) urang banua dibiarkan?”[]fadlanhidayat

Terbit di media cetak lokal Radar Banjarmasin, Jum'at (13/4). Diposting dengan sedikit revisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun