"Ada masalah apa bang ? "Tanya Pahlevi, rekan sejawatku, ia menghampiriku dengan mimik muka tegang dan setengah berbisik. “Nanti kita bicarakan saat makan siang saja ya Vi !” Sahutku, sambil duduk di ruang kerjaku.
Beberapa saat aku dan beberapa teman yang ada terdiam, kami duduk dimeja kerja masing-masing dengan segala pertanyaan yang berkecamuk dikepala.
Menjelang sore, kami semua yang ada dikantor saat itu diminta untuk masuk keruang rapat, karena bos akan mengadakan rapat darurat. Suasana sedikit tegang dan kami hanya diam saat memasuki ruang rapat.
“Bapak-bapak, Ibu-ibu yang saya hormati, terimakasih dengan kehadirannya dalam rapat yang saya adakan mendadak ini”
Demikian, Pak Hadi bos kami membuka rapat sore itu.
Sambil mendengar apa yang bos kami sampaikan, aku coba memandang rekan-rekanku, raut wajah mereka terlihat tegang, sedih dan cemas. Akupun tak sanggup menatap mereka, akhirnya akupun tertunduk.
“Dengan berat hati, saya harus sampaikan, mulai besok dan beberapa hari kedepan kantor kita akan tutup sementara dan menejemen juga akan merumahkan beberapa orang karyawan” Demikian yang disampaikan oleh Pak Hadi saat membacakan salah satu kesimpulan hasil rapat, sekalian menutup rapat sore itu.
Tepat jam lima sore, beberap pekerjaaan kuselesaikan dengan segera, aku berfikir sebaiknya semua tugasku kuselesaikan tuntas hari ini, karena mulai besok kami akan “diliburkan” sementara oleh pihak perusahaan.
Entah apa yang ada dalam pikiran kami masing-masing, saat menuju dan masuk lift untuk pulang, setelah ruang kantor ditutup tepat jam setengah enam. Kami masing-masing hanya terdiam sampai lift berhenti di loby gedung.
“Bang ngobrol dulu yuk, kita jangan pulang dulu bang, gimana bang ?”
Seru Hendri saat keluar dan berlalu dari lift