Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Twilight of The Warriors: Walled In", Kisruh Triad Jelang Inggris Serahkan Hongkong ke Tiongkok

21 Juni 2024   02:24 Diperbarui: 21 Juni 2024   15:30 1414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu adegan laga dalam film Twilight of The Warriors. (Foto: Cineverse.id)

Aksi laga versi blockbuster sudah mendominasi film Mandarin berbahasa asli Cantonese sesaat setelah narasi frame film “Twilight of The Warriors: Walled In” dimulai. Sutradara Soi Cheang mengambil latar belakang klasik terkait kisruh antar-triad di Hongkong era 1980-an.

Kendati diklaim sering gagal menghasilkan film “jawara” festival, namun dalam film kali ini Soy Cheang boleh dikata berhasil menampik opini beberapa pengamat film Hongkong tersebut.

Dalam film teranyar yang dibintangi banyak aktor "legend" Hongkong tersebut, ia sukses menampilkan wajah Hongkong yang suram di bawah kolonialisasi Inggris dalam festival film Cannes.

Hongkong lawas yang identik dengan triad, polisi korup, peredaran narkoba, trafficking atau perdagangan dan penyelundupan orang, perjudian, serta prostitusi memang berhasil digambarkan secara apik. Bahkan, jika diperhatikan saksama detail gaya rambut dan berbusana era itu seperti ikat pinggang hingga kacamata.

Demikian pula ikonografi Hongkong era 1980-an secara visual dilukiskan sangat baik, khususnya realita penggambaran kota kumuh dengan labirin paling padat dan berbahaya di dunia, Kowloon Walled City atau Kota Tembok Kowloon sebelum dibongkar pada 1993. 

Sekadar diketahui, film yang dibintangi Raymond Lam, Louis Koo, Sammo Hung, Terrance Lau, Philip Ng, dan Richie Ren tersebut menduduki urutan kesembilan box office film Hongkong setelah sebulan penayangannya.

Twilight of The Warriors: Walled In sendiri seperti dirilis China Movie Data Information Network dalam jurnal mingguannya pada edisi 3-9 Juni 2024, berhasil meraup pendapatan sebesar 675 juta dolar Hongkong.

Aksi-aksi Kungfu yang Memukau 

Melalui aksi kungfu yang memukau dari para pemeran film ini, Soi Cheang paling tidak masih bisa didapuk sebagai salah satu sutradara terbaik untuk film-film bergenre “action” dunia perfilman saat ini.

Seperti film-film laga besutannya yang memacu adrenalin penonton, ia langsung mendominir plot dengan aksi-aksi kelahi yang dramatik. Sehingga, dari dari awal hingga akhir film dimulai penonton dibuat hampir tidak dapat menarik napas.

Kisah dimulai dari seorang imigran gelap bernama Chan Lok Kwan (Raymond Lam) yang memasuki Hongkong dari Tiongkok Daratan (China). Ia secara tidak sengaja memasuki Kowloon.

Salah satu adegan laga yang dramatik dalam film Twilight of The Warriors. (Foto: Cineverse.id)
Salah satu adegan laga yang dramatik dalam film Twilight of The Warriors. (Foto: Cineverse.id)

Di scene ini, tokoh protagonis yang digambarkan jago tarung tersebut berurusan dengan Cyclone (Louis Koo), pemimpin Kowloon yang dikenal protektif tetapi bijaksana serta sigap menolong siapapun yang mengalami kesulitan.

Seperti Chan Lok Kwan, Cyclone yang humble dan jauh dari kesan batil layaknya karakter para triad juga ternyata jago kungfu. Tidak hanya itu, ia juga memiliki watak sebagai pemimpin yang selalu mengayomi masyarakat marjinal, khususnya warga Kowloon yang miskin.

Sebagai salah satu tokoh sentral dalam film, Cyclone awalnya berseteru dengan Chan Lok Kwan lantaran memasuki secara ilegal kota kumuh yang dipimpinnya itu. Ketidaksengajaan pemuda pelarian dari Tiongkok Daratan tersebut yang merampas satu karung buntalan berisi narkoba dari Mr Big (Sammo Hung) menuai prahara.

Ihwal itu kemudian memantik Cyclone bersitegang tidak saja dengan Chan Lok Kwan akan tetapi juga komunal triad lain, termasuk yang dipimpin Mr Big. Seperti yang diketahui perseteruan antar-triad sudah lama terjadi sejak Hongkong diambil alih kerajaan Inggris setelah kekalahan Tiongkok dalam tragedi perang candu dan “Pemberontakan Boxer”.

Sejatinya, Pemberontakan Boxer merupakan pemberontakan yang terjadi di Tiongkok, berlangsung dari November 1899 hingga 7 September 1901. Pemberontakan itu sendiri merupakan antitesis dari kekuasaan asing yang menguasai berbagai sektor seperti perdagangan, teknologi, agama, dan politik. Para pemberontak menamai diri mereka “Boxer’, dan memulai aksinya sebagai gerakan antiimperialis dan antiasing.

Kisruh Perebutan Hegemoni Kekuasaan antar-Triad

Perseteruan antar-triad tidak lepas dari persaingan mereka dalam memperebutkan hegemoni kekuasaan atas tanah dan kawasan, termasuk di dalamnya perdagangan dan usaha ilegal seperti penjualan narkoba (opium dan candu), perjudian, prostitusi, dan lain-lain.

Di film ini, Sammo Hung berperan sebagai tokoh antagonis berjulukan Mr Big yang tidak lain adalah pemimpin salah satu triad di luar kawasan Kowloon. Sementara itu, perseteruan antara Cyclone dan Chan Lok Kwan lebih disebabkan kesalahpahaman karena Cyclone menganggap imigran asal Tiongkok itu telah menjual narkoba tanpa izin di dalam Kota Tembok Kowloon.

Salah satu adegan laga dalam film Twilight of The Warriors. Film dipenuhi pemeran bintang yang populer di era 1990-an. (Foto: Cineverse.id)
Salah satu adegan laga dalam film Twilight of The Warriors. Film dipenuhi pemeran bintang yang populer di era 1990-an. (Foto: Cineverse.id)

Dalam bingkai kameranya, pertarungan khas Mandarin dengan jurus-jurus kungfu luar biasa dilukiskan secara memukau oleh sutradara yang juga dikenal dengan nama western “Bob Cheang” dan nama Tionghoa “Cheang Pou Soi” itu. Terutama dalam adegan duel satu lawan satu antara Cyclone dan Chan Lok Kwan di barber shop Kowloon.

Dalam laga berlatar belakang “vintage” ala tempat cukur Hongkong-English tersebut, Cyclone yang rapi dan klimis dengan rambut ubannya itu berhasil menaklukkan Chan Lok Kwan.

Menilik kepiawaian Soi Cheang dalam meramu film aksi ini, dapat dikata apa yang dilakukannya mirip sutradara kawakan film-film peraih “Oscar” Ang Lee (Crouching Tiger Hidden Dragon dan Brokeback Mountain). Di sisi ini, Soi Cheang sangat lihai memanifestasikan pertarungan-pertarungan secara halus dan berseni, tidak sekadar perkelahian dan adu pukul klise yang sarkastis.

Selanjutnya, pria kelahiran Makau yang sebelumnya telah menyutradarai banyak film seperti Motorway (2012), Limbo (2021), dan Mad Fate (2023) ini, menggiring penonton ke scene berikutnya yang lebih humanistis.

Di sini, terlihat kemurah-hatian Cyclone digambarkan dalam penerimaan sosok Chan Lok Kwan setelah melihat ketulusan dan kepolosannya dalam membantu warga Kowloon, termasuk menggotong jenazah seorang wanita pekerja seks komersial (PSK) yang dibunuh pelanggannya.

Gagal Gambarkan Momentum Bersejarah

Kendati kisah dalam Twilight of The Warriors: Walled In hanyalah fiksi lantaran diangkat dari komik Tiongkok karya Andy Seto yang sebelumnya juga membuat komik serupa seperti Crouching Tiger Hidden Dragon, Cyber Weapon Z, Shaolin Soccer, dan The King of Fighters, namun ia menghadirkan kisah itu secara realistis hampir sempurna.

Namun, seperti kata pepatah "Tak Ada Gading yang Tak Retak", ternyata Soi Cheang juga demikian adanya. Ia luput menggambarkan lebih mendetail terkait momentum bersejarah wacana penyerahan Hongkong kepada Tiongkok oleh Inggris di periode 1983.

Minimnya kreasi dan pengembangan cerita, agaknya dapat menggambarkan sang sutradara hanya berfokus terhadap kisah dalam komik. Padahal, sebetulnya Soi Chaeng dapat lebih “menyala” karena kisah penyerahan Hongkong kepada Tiongkok dari Negeri The Three Lions itu adalah salah satu momen penting dan bersejarah di muka bumi ini.

Meskipun ada secukil kisah monumental itu yang diangkat, namun sayangnya hanya sekadar narasi di awal film. Selain durasi penggambaran secara narasi yang amat pendek, kisah bersejarah itu hanya dibekukan dalam imbuhan cuplikan-cuplikan rekaman kejadian nyata, yang dalam film diadegankan sebagai pemberitaan televisi ditonton para triad.

Kendati demikian, lepas dari semua itu film laga ini memang layak ditonton terutama bagi penikmat film Mandarin yang eksistensinya sudah kalah pamor dibandingkan film-film produksi Korea Selatan yang cukup merajai layar lebar dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun