Di Negeri Chu, ternyata banyak menteri batil yang tidak setia. Dengan bantuan orang-orang itu, Tio Gi, seorang menteri Negeri Qin yang licik berhasil meretakkan hubungan Qu Yuan dengan kaisar Negeri Chu. Alhasil, Qu Yuan dipecat dan hancurlah persatuan keenam negeri itu.
Cho Hwai Ong bahkan terbujuk janji-janji yang menyenangkan agar mau berkunjung ke Negeri Qin. Namun setelah tiba di sana ia malah ditawan. Cho Hwai Ong menyesali perbuatannya sampai akhir ajalnya.
Selanjutnya, Kaisar Negeri Chu yang baru, Cho Cing Siang Ong, kembali memberikan kepercayaan kepada Qu Yuan. Keenam negeri yang retak tersebut dapat dipersatukan kembali sekalipun tidak sekokoh dulu.
Pada tahun 293 SM, Negeri Han dan Wei hancur dan luluh-lantak diserang Negeri Qin. Akibat peristiwa tersebut, Qu Yuan kembali difitnah. Qu Yuan dikatakan akan membawa Negeri Chu mengalami nasib yang sama seperti Negeri Han dan Wei.
Parahnya, sebagai kaisar muda Cho Cing Siang Ong ternyata masih labil dan tak bijak menyikapi semua masalah ketimbang kaisar sebelumnya. Ia tidak saja memecat Qu Yuan, bahkan menjatuhi hukuman agar Qu Yuan dibuang ke daerah Danau Tong Ting, dekat Sungai Miluo.
Di tempat pembuangan ini, Qu Yuan mengalami depresi dan frustasi berat. Kendati demikian, ia akhirnya dapat bertahan lantaran terus dimotivasi kakak perempuannya. Qu Yuan akhirnya ikhlas dan dapat menerima keadaannya yang didepak Kaisar Cho Cing Siang On.
Akan tetapi, Qu Yuan kadang-kadang belum dapat menerima nasibnya yang malang tersebut. Bagaimanapun, jika merunut ke belakang ia adalah pejabat terpandang dan seorang bangsawan terhormat dari Negeri Chu. Oleh karena itu, Qu Yuan merasa dirinya tidak berarti lagi.
Suatu ketika di daerah perasingannya, ia mendapat kabar Negeri Chu dihancurkan negeri musuh. Qu Yuan yang sangat sedih dan putus asa, mendayung sebuah sampan sembari membaca puisi-puisi patriotik dan kecintaannya terhadap Negeri Chu hingga ke tengah Sungai Miluo, sebelum melompat bunuh diri ke dalam sungai, tepat pada tanggal lima bulan lima penanggalan Imlek.
Saat itu, beberapa orang yang melihat tokoh bijak itu melompat ke dalam sungai, segera menolongnya, tetapi hasilnya nihil, jenazahnya pun tidak diketemukan. Rakyat yang bersimpati terhadap Qu Yuan, tertegun mendengar peristiwa tragis tersebut.
Mereka lantas beramai-ramai mencari jenazah Qu Yuan dengan menggunakan ratusan sampan dan perahu-perahu kecil, namun sampai seharian tidak juga menemukan jazadnya.
Rakyat yang berduka tetap berharap agar jenazah Qu Yuan dapat ditemukan. Untuk menghindari rusaknya jazad akibat bakal dimangsa makhluk-makhluk di dalam sungai, mereka pun berinisiatif melemparkan makanan "bacang" ke dalam sungai. Tujuannya, untuk mengalihkan perhatian ikan-ikan agar tidak mengganggu jenazah Qu Yuan.