Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Fu Yung Hai, Omelette versi Chinese Food yang Jadi Main Course

3 Oktober 2022   13:00 Diperbarui: 3 Oktober 2022   16:12 1326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fu yung hai. / Foto: Effendy Wongso

Menyoal kuliner Tionghoa atau Chinese food, asosiasi pikiran penikmat makanan oriental pasti tidak akan jauh-jauh dari capcay, dimsum, nasi goreng ala Hongkong, sapo tahu, angsio tahu jamur, steamboat, sup asparagus, dan masih banyak lagi menu lainnya.

Namun, dari sekian banyak makanan yang berakar dari Tiongkok atau China, satu yang tidak boleh dilupakan adalah fu yung hai yang tak kalah populernya dibandingkan menu-menu tadi.

Fu yung hai atau biasa ditulis bersambung "fuyunghai" dan kadang-kadang dieja dengan "puyunghai" dibuat berdasarkan bahan dari telur yang didadar.

"Ya, boleh dikata fu yung hai ini adalah 'omelette' versi China, tetapi uniknya menu ini disantap dalam 'main course' (makanan utama)," demikian diungkapkan Head Chef Waroenk Group Ahmad Niko ketika ditemui belum lama ini di Waroenk Seafood, Jalan Veteran 18, Kelurahan Fatululi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Intinya, sebut Niko, fu yung hai adalah telur yang didadar bersama campuran beberapa sayur serta suwiran beberapa bahan lauk seafood, baik kepiting maupun udang.

"Kalau di Waroenk Seafood, kami memang menggunakan seafood kepiting dan udang. Tetapi, banyak juga pelaku usaha menggunakan daging sapi atau ayam. Itu tergantung selerah sih sebenarnya," ungkapnya.

Adapun bahan-bahan isian selain telur dan seafood dari fu yung hai pihaknya, Niko mengungkapkan terdiri dari tepung maizena, bawang bombai, bawang putih, wortel, seledri, merica, kecap manis, dan lain-lain.

"Kontribusi kelezatan fu yung hai tidak dapat dipisahkan dari saus asam manis hasil paduan tomat dan kacang polong. Sebagai bahan tambahan topping, biasanya beberapa pelaku usaha resto juga menaruh potongan nanas. Ya, ini kembali tergantung kreasi merekalah," imbuhnya.

Sementara itu, Supervisor Waroenk Seafood Wanda Bunga saat ditemui di lokasi yang sama menjelaskan secara singkat sejarah dan asal mula keberadaan fu yung hai yang dibanderol pihaknya Rp 61.000.

"Penyebutan fu yung hai sendiri beragam. Di Tiongkok, fu yung hai disebut 'puyungdan' atau 'puyongdan'. Secara harfiah, puyung atau puyong berarti tanaman waru landak (hibiscus mutabilis). Ya, ini karena bentuknya memang mirip tanaman tersebut," jelasnya.

Adapun kata 'hai', imbuh Wanda, dalam bahasa Mandarin berarti kepiting serta 'dan' yang berarti telur.

"Fu yung hai ini aslinya dari Shanghai. Mulanya termasuk menu mewah yang hanya dinikmati para elite di sana. Nah, uniknya keberadaan fu yung hai ini juga bertujuan 'mempercantik' meja makan mereka yang biasanya berbentuk bundar. Dengan menaruhnya di tengah meja bundar, fu yung hai ini seperti bunga di tengah meja makan," terangnya.

Kendati dianggap menu mewah, namun Wanda menerangkan jika fu yung hai juga dianggap makanan yang lahir dari 'sisa-sisa' makanan kaum marginal.

"Begini, jangan salah paham dulu. Kita tahu kan kalau dulu di Tiongkok kuno sayuran itu langka. Masyarakat di sana sangat menghemat bahan-bahan dari sayuran. Jika mereka misalnya memasak sayuran, bahan-bahan sisa itu daripada terbuang percuma, kemudian diracik bersama telur sehingga terciptalah menu fu yung hai ini," bebernya.

Seiring perkembangan zaman, kata Wanda, fu yung hai pun menyebar ke seantero dunia yang dibawa para perantau China, termasuk ke Indonesia.

"Para peranakan (diaspora) Tionghoa mengenalkan menu dengan cita rasa gurih dari paduan rasa asam dan manis ini kepada masyarakat di setiap wilayah yang didiaminya secara turun temurun. Maka, dikenallah menu-menu Chinese food seperti fu yung hai, capcay, dan banyak lainnya. Begitu sih yang saya tahu," papar ibu dari satu putri ini.

Lucunya, seru Wanda, saat ini fu yung hai malah lebih populer di negara lain ketimbang di negara asalnya.

"Di Asia Tenggara, khususnya Singapura, Malaysia, Thailand, dan Indonesia, fu yung hai sangat populer. Kalau di China sendiri, sangat sulit menemukan makanan ini," bahasnya.

Menurut Wanda, hal itu dapat terjadi lantaran mungkin dipengaruhi ketersediaan bumbu-bumbu atau rempah-rempah yang cukup melimpah di Asia Tenggara sehingga fu yung hai yang notabene memang banyak memakai rempah bisa beradaptif.

Sebelumnya, Chef Waroenk Group Ahmad Niko mengatakan fu yung hai yang berbahan utama telur itu digoreng atau didadar hingga kecokelatan atau kuning keemasan.

"Setelah garing dengan tekstur 'kriuk' di pinggirannya, disiramanlah saus asam manis yang juga menjadi bagian dari kelezatan menu ini," urainya.

Guna memperoleh ketebalan maksimal dan sensasi 'krispi' dari fu yung hai, sambung Niko, yang perlu diingat adalah takaran dan timing memasaknya.

"Jadi harus pas, saat dipanggang di atas teflon tidak boleh 'terlalu matang' karena nantinya bisa hangus. Makanya, api pemanas dari kompornya tidak boleh dibuka terlalu besar. Kecil-kecil saja sampai dirasa matang," katanya," tutupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun