Rasa manis gurih dari paduan baluran saus teriyaki pada ayam atau daging sapi, sebut Niko, berkontribusi menambah cita rasa lezat masakan.
"Di Jepang, teriyaki menggunakan sake yang berfungsi sebagai penambah rasa hangat di tubuh penikmatnya," bebernya.
Di Indonesia sendiri, sambung Niko, saus teriyaki telah dimodifikasi untuk menyesuaikan lidah orang Indonesia.
"Untuk mereka yang tidak mau mengonsumsi sake, biasanya disubtitusikan dengan air perasan jahe, jeruk nipis, dan bawang putih," katanya.
Menurut Niko, supaya rasa lebih autentik Jepang kendati tidak menggunakan "taste" manis hasil fermentasi khas sake pada teriyaki, biasanya pelaku kuliner menggantikannya dengan madu.
"Penggunaan jahe, jeruk nipis, dan bawang putih ini adalah demi menyerupai taste hangat yang sebelumnya dari orisinalnya di Jepang menggunakan sake. Intinya, 'sake ala-ala' (modifikasi) ini berfungsi menghangatkan badan, khususnya setelah mengkonsumsi masakan dengan saus teriyaki," bebernya.
Niko mengungkapkan, saus teriyaki tidak terlalu tahan disimpan dalam waktu yang lama kecuali saus teriyaki pabrikan yang sudah ditambahkan bahan pengawet.
Sementara itu, menyoal keberadaan dan perkembangan teriyaki yang ditanyakan penulis, Ega yang menimpali penjelasan Niko mengatakan masih baur.
"Setahu saya, beberapa pakar kuliner mengatakan perkembangan kuliner Jepang di dunia bermula dari Restorasi Meiji atau Meiji-ishin," kata Ega.
Dijelaskan, Meiji-ishin yang juga dikenal dengan sebutan Revolusi Meiji atau Pembaruan Meiji adalah serangkaian kejadian yang berpuncak pada pengembalian kekuasaan di Jepang kepada kaisar pada 1868.