"Sebelumnya, masyarakat tempo dulu di sana (Sichuan) tidak menggunakan bahan-bahan dari laut untuk makanan karena daerahnya terisolasi daratan dan gunung," bebernya.
Kendati demikian, ungkap Wanda, dalam perkembangannya terutama di daerah pesisir seperti Hainan yang masyarakatnya hidup dari hasil laut maka Szechuan Soup mulai menggunakan kepiting, cumi, udang serta hasil laut lainya.
"Adapun di daerah daratan Tiongkok lainnya, peracikan tetap menggunakan dan bahan-bahan berdasarkan yang ada seperti daging hewan ternak (sapi dan unggas)," sambungnya.
Sementara, lanjut Wanda, bahan-bahan untuk menciptakan berbagai cita rasa berasal dari perisa seperti racikan saus dari bumbu macam tauco, cuka, kecap asin, garam, dan mustard pedas.
Menurutnya, masyarakat di sana jarang menggunakan rasa tunggal dalam arti tawar lazimnya kuliner masyarakat di negeri jiran mereka, Jepang.
"Ya, ini karena kebanyakan Chinese food menggabungkan dua jenis bumbu atau lebih yang juga berfungsi sebagai penyedap rasa atau perisa," kata Wanda.
Ia menjelaskan, dalam perkembangan selanjutnya Szechuan Soup dibikin dari beberapa aromatik bumbu, antara lain kayu manis, adas, jintan, lada, jintan, dan cengkeh. Adapun cabai merah sebagai bumbu untuk variasi rasa dipergunakan sejak akhir abad ke-17.
"Cabai merah sebagai bahan masakan banyak digunakan dalam berbagai masakan panas seperti sup untuk menghangatkan tubuh, termasuk Szechuan Soup ini. Ya, itu tidak lepas karena daerah Sichuan memiliki kelembapan tinggi dan sering hujan," tutup Wanda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H