Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Tak Kalah Populer Dibanding Piza-Spageti Italia, Chicken Parmigia Juga Rajai Kuliner Dunia

10 September 2022   11:28 Diperbarui: 10 September 2022   11:33 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto menu Chicken Parmigia. / Foto: Effendy Wongso

"Sejak kami meluncurkan Chicken Parmigia, tepatnya pada pembukaan Waroenk Oebufu pada 8 Juli 2017 lalu, menu ini disukai pelanggan," jelasnya.

Menurut Niko, hal itu terbukti dari banyaknya pesanan maupun order pada menu Chicken Parmigia dalam daftar permintaan pelanggan selama ini.

"Menurut komentar pelanggan sih, umumnya mereka bilang Chicken Parmigia kami ini bertekstur lembut, tidak alot," ungkapnya.

Karena memperoleh apresiasi yang cukup bagus dari penikmat kuliner di Kota Sasando, demikian sebutan wilayah Kupang, pria asal Malang ini juga meluncurkan menu steik lainnya sepert Double Decker (berbahan daging sapi) dan Fish and Fries (berbahan ikan) yang dibanderol harga sama Rp 56.000 per porsi.

Sementara, lanjut Niko, menu Chicken Parmigia sendiri dibanderol cukup terjangkau Rp 41.000.

"Harga sebegitu (Rp 41.000) memang sangat terjangkau untuk versi menu steik. Terus terang, manajemen mau semua orang dapat menikmati menu western dengan harga terjangkau. Istilahnya sih, 'everybody can eat'. Nah, inilah alasannya sehingga manajemen membanderolnya dengan murah," imbuh Niko.

Koki yang pernah bekerja di resto subhotel ternama di Surabaya ini menjelaskan jika di Kanada dan AS, Chicken Parmigia ini statusnya lebih sering disajikan sebagai "main course" atau hidangan utama.

"Beberapa resto di AS-Kanada mengkreasikan makanan ini secara inovatif. Inovatif karena mereka memadukannya bersama burger," kata Niko.

Seperti diketahui, burger sendiri merupakan makanan khas AS. Dengan masuknya imigran Italia ke sana, maka terbentuklah diaspora yang asimilatif. Artinya, beberapa menu khas Italia dikombinasikan dengan makanan AS seperti burger tadi.

"Ini terutama maraknya pengusaha kuliner asal Italia yang berimigrasi ke Amerika (AS) pada tahun 1906. Kala itu, imigran Italia mulai memanfaatkan pasar daging Amerika yang terjangkau, memasukkan 'ayam' ke dalam burger yang biasanya diisi daging (beef)," papar Niko menjabarkan.

Lebih lanjut Niko menjelaskan, maraknya pertumbuhan makanan ini turut mengangkat atau memomulerkan pasar kuliner di AS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun