Jelang pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang diungkapkan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dalam kegiatan Kuliah Umum Universitas Hasanuddin, Jumat 19 Agustus 2022 kemarin, tentu secara signifikan berdampak terhadap tatanan perekonomian rakyat.
Menurut Luhut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemungkinan akan mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi Pertalite dan Solar pada pekan depan.Â
Seperti dilansir dari pemberitaan Kompas.com, Jumat 19 Agustus 2022, Luhut juga mengungkapkan, harga BBM subsidi saat ini sudah membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga Rp 502 triliun.
"Nanti mungkin minggu depan, Presiden akan mengumumkan mengenai apa bagaimana mengenai kenaikan harga ini (BBM subsidi).Â
Jadi, Presiden sudah mengindikasikan tidak mungkin kita pertahankan terus demikian karena kita harga BBM termurah di kawasan ini. Kita jauh lebih murah dari yang lain dan itu beban terlalu besar kepada APBN kita," bebernya.
Terkait hal itu, penulis mencoba mengulas beberapa upaya survival yang dilakukan beberapa pengusaha lokal, khususnya di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) jika nantinya kenaikan harga BBM subsidi itu menggerus secara substansial.
Paling tidak, upaya untuk sekadar survive di tengah krisis itu telah ditunjukkan atau menjadi pengalaman untuk survival jika kembali dilanda krisis serupa.
Contohnya, penerapan kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat alias PPKM beberapa waktu lalu, baik dalam skala mikro maupun darurat, memang membuat semua pelaku usaha terseok, bahkan tidak kurang yang gulung tikar.
Interaksi antarkonsumen dan pedagang yang terbatas, dengan sendirinya menekan transaksional yang sejatinya menjadi urat nadi dalam keberlangsungan suatu usaha. Sehingga, hal itulah yang membuat banyak pengusaha mengibarkan "bendera putih".
Bagi pelaku usaha atau perusahaan yang ingin berhasil keluar dari 'maut' krisis pandemi atau krisis apapun itu, tentu harus memutar otak mencari strategi jitu untuk bertahan alih-alih meraup untung yang banyak.
Terdengar satir memang, tetapi itulah dahsyatnya imbas dari dampak Covid-19 lalu, dan tidak menutup kemungkinan bakal terjadi "krisis" lainnya yang bahkan lebih parah.
"Tidak ada yang dapat memprediksi kapan krisis datang. Namun begitu, kami tetap harus hidup, manajemen, keluarga dan karyawan harus tetap bertahan walaupun kondisi PPKM lalu itu banyak membuat pelaku usaha kolaps. Kami pun tak dapat menyangkali bila hal itu terasa sangat berat," ungkap Sales Marketing and Representative Admin Horeka Noncy Ndeo saat ditemui penulis di Jalan Bundaran PU, Tuak Daun Merah (TDM), Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat 19 Agustus 2022.
Ketika ditanyakan apakah krisis serupa seperti saat pemberlakuan PPKM beberapa waktu lalu jika harga BBM subsidi naik bakal menyulitkan pihaknya, Noncy tetap optimistis pihaknya dapat melewatinya dan tidak terlalu terganggu sebab memiliki strategi pemasaran jitu dari manajemen.
Wanita yang dipercayakan memasarkan ritel consumer goods, bahan pangan, aneka bumbu masakan dan kue itu, menjelaskan upaya pihaknya untuk bertahan, apalagi sebagai pemain baru dalam kompartemen ritel di Kota Sasando, demikian julukan wilayah Kupang.
Noncy mengungkapkan, sejak pihaknya meramaikan pasar ritel modern di Kota Kupang belum lama ini, tepatnya pada Minggu 18 Juli 2021 lalu, manajemen sudah memiliki strategi penjualan yang dianggap mumpuni untuk menjangkau pasar domestik.
"Salah satunya adalah kami bermain di e-commerce. Ini kami anggap esensial karena di masa pandemi ini, bisnis online memang lebih mendominasi pasar karena adanya pembatasan-pembatasan sosial seperti PPKM yang diterapkan pemerintah belum lama ini," imbuhnya.
Kendati nantinya Horeka akan lebih masuk ke sana, akan tetapi Noncy mengatakan tetap tidak menafikan bisnis reguler, seperti penyediaan display barang, sales, dan marketing.
"Kami tetap menyediakan display seperti toko konvensional (swalayan) lainnya untuk grosir maupun eceran. Namun, kami lebih menekankan penjualan by sales dan marketing. Caranya, kami tidak menunggu bola namun menjemputnya. Jadi, sales dan marketing kami menjual langsung kepada konsumen, mendatangi mereka, masuk resto subhotel, restoran dan rumah makan, warung, serta toko dan kios lainnya," beber Noncy.
Tentunya, imbuhnya, bersaing dengan kompetitornya dengan harga yang kompetitif akan tetapi tetap tidak mengabaikan kualitas.
"Banyak barang jualan kami yang 'itemik', tidak banyak dijual para pesaing. Ya, ini lantaran kami juga tetap menyediakan barang impor. Seperti beberapa bumbu dapur impor Korea, Jepang, dan western untuk saus barbeque dan lainnya," kata Noncy.
Selain itu, ia mengatakan pihaknya juga menjual frozen food atau makanan beku yang memang tren sebagai makanan "siap saji" dalam masa pandemi virus corona seperti yang terjadi beberapa waktu lalu.
"Daging ayam potong, daging merah, sosis, bakso, dan masih banyak lainnya juga kami jual di sini seperti buah-buahan segar," papar Noncy.
Ia menambahkan, sebagai penyedia kebutuhan pokok bagi konsumen, pihaknya tidak lupa menyediakan beras berkualitas bagus.
"Item jualan kami ini juga yang utama. Kami menyediakan produk andalan yaitu beras merek Ina Bo'i, produksi Tanah Air yang bersumber dari hasil pertanian di daerah-daerah lumbung padi seperti di Sulawesi Selatan dan Jawa Timur," kata Noncy.
Adapun target yang disasar Horeka, ia menyebut semua segmen. Alasannya, karena apa yang disediakan pihaknya semula memang ditujukan untuk multisegmen, baik untuk komunal industri kuliner, rumah tangga, maupun konsumen perorangan.
Noncy sendiri berharap dengan naiknya harga BBM subsidi tidak akan terlalu mengganggu distribusi pemasaran pihaknya.
"Seperti yang kita tahu, jalur distribusi pemasaran kan sangat bergantung terhadap transportasi yang menggunakan BBM," tutupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H