"Bagus!"
"Bahkan beberapa di antaranya sudah menelusup ke dalam lingkungan Istana Da-du, meskipun belum sampai ke Area Terlarang Kaisar Yuan Ren Zhan karena ketatnya pengawalan."
"Tinggal menunggu waktu saja, kepala Kaisar Yuan Ren Zhan akan saya serahkan kepada Han Chen Tjing!"
Shan-Yu terbahak.
Mafelanya yang berwarna coklat tanah mengibar diembus angin sungai. Ratusan ribu serdadu mengekor di belakangnya. Beberapa ribu pasukan mengusung peralatan tempur di pundak mereka. Sebagian lagi duduk di pedati dan muntit kuda yang mengangkut logistik militer.
Keciprat air yang mengirama oleh sapuan ratusan ribu pasang kaki di tepi sungai menimbulkan bunyi mayor. Burung-burung gereja beterbangan dari dahan-dahan rerimbunan daun bambu. Merasa terusik sekelompok makhluk pengganggu. Mereka ketakutan, menjauh ke arah bukit. Hinggap di belantara pinus yang sudah tak berambun.
Pagi baru saja disaput siang ketika mereka tiba di dermaga Sungai Onon. Dermaga tersebut merupakan dermaga darurat yang sengaja dibangun sewaktu penyerangan ke bukit Tung Shao. Di sana masih menyandar ribuan perahu dan rakit bambu. Dermaga itu dijaga seribu orang serdadu Han, yang khusus bertugas mengawasi keselamatan transportasi air sederhana itu. Tidak ikut menyerang ke kaki bukit Tung Shao.
Shan-Yu turun dari punggung kudanya.
Langkahnya diikuti Ta Yun yang mengekor hendak mengaso. Mereka duduk di rerimbun bambu, menyandarkan punggung pada batang bambu sembari menunggu barkas khusus untuk para perwira tinggi yang sedang disiapkan beberapa serdadu. Kali ini air sungai tidak terlalu menderas. Jadi mereka dapat menjauh dari kejaran prajurit Yuan dengan mudah. Sewaktu mereka melakukan penyerangan beberapa bulan lalu, air sungai sedikit meluap karena avalans salju dari bukit Tung Shao.
Shan-Yu tidak mau menempuh risiko masuk bersembunyi menelusup ke dusun-dusun. Cepat atau lambat mereka pasti akan tertawan. Apalagi penduduk dusun-dusun sekitar juga sudah mengantipati kehadiran pasukan Han, yang dianggap telah mengganggu ketenteraman mereka. Bahkan beberapa dusun telah mereka hancurkan, dijadikan markas militer dan lumbung logistik.
"Jenderal Shan, apa tidak ada cara lain untuk menghadapi kekuatan besar mereka selain kolaborasi pasukan dari daerah perbatasan Tembok Besar?" Ta Yun bertanya, lebih menyerupai bahan pemecah kebisuan ketimbang pertanyaan strategi.