Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Magnolia dalam Seribu Fragmen Rana (11)

21 April 2021   22:39 Diperbarui: 21 April 2021   22:55 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ada utusan dari Mongol yang ingin bertemu, Jenderal Shan," jawab salah seorang pasukan Han yang mengenakan lemena.

Jenderal bermata elang itu mengangguk, mengaba dengan tangannya supaya orang itu menyingkir. Ia berjalan perlahan menuju tenda induk. Tempat pertemuan dan rapat militer biasa dilakukan.

"Hormat saya, Kao Ching, utusan Pemimpin Agung Mongolia, Genghis Khan!" sapa seorang pemuda bertubuh terbilang kecil untuk orang-orang Mongol menyambut kehadirannya di tenda induk. Tampak mengepalkan tangannya ke muka wajah. Menghormat lebih dulu.

Shan-Yu mengangguk sebagai balasan. Tangannya mengaba, menunjuk sebuah kursi guci tembikar yang mengelilingi meja persegi porselen. Pemuda berkostum gembala dengan busur yang menyampir di punggungnya itu duduk di salah satu bangku berembos burung hong.

"Senang berjumpa dengan Anda, Pendekar Kao," balas Shan-Yu berformalitas dengan wajah dingin. "Ada angin apa yang membawa Anda kemari?"

Ia sudah mendengar nama mashyur Kao Ching. Seorang anak gembala berayah Mongol dan beribu Han yang dipelihara kaum nomad Mongol. Jawara memanah itu dijuluki Si Pendekar Danuh. Akurasitas bidikan anak panahnya tak tertandingi siapa pun. Mampu menjatuhkan dua burung dalam satu kali bidikan. Selama beberapa tahun sepeninggal ayah kandungnya, ia dipelihara Genghis Khan. Tetapi kemudian berpisah karena Kao Ching diambil kembali ibu kandungnya, dan hidup bersama di Provinsi Kiangsu, Tionggoan Utara. Di Tionggoan, Kao Ching sangat populer karena kerap memenangi sayembara memanah yang sering diadakan puak terpandang dan kalangan bangsawan di Istana. Namun beberapa tahun kemudian ia menghilang dari Provinsi Kiangsu, kembali tanpa ibunya ke Ulan Bator.

Kao Ching tersenyum. "Hanya ingin menyampaikan salam Genghis Khan untuk Anda, Jenderal Shan."

Shan-Yu terbahak. "Temujin selalu begitu. Pantas dia disegani banyak lawan."

Kao Ching tersenyum mengikuti derai tawa Shan-Yu. Temujin adalah nama kecil Genghis Khan, pemimpin kaum nomad Mongol yang berusaha mencari identitas diri dengan menaklukkan negara lain. Merebut wilayah kekuasaan negara lain taklukannya supaya rakyat Mongol dapat menetap dan bertempat tinggal.

"Kalau boleh tahu, mungkin ada hal lain yang ingin disampaikannya kepada saya di balik titipan salamnya?" Shan-Yu bertanya, hendak langsung ke pokok masalah. Ia sudah tahu benar tabiat pemimpin nomad Mongol itu. Ia tidak ingin membuang-buang waktu berbasa-basi. Fajar nanti pasukannya akan memulai penyerangan besar-besaran ke puncak bukit Tung Shao. Membantai prajurit-prajurit Yuan pimpinan mantan prajurit wamil Fa Mulan dan atasannya, Kapten Shang Weng.

Pemuda jago danuh itu kembali mengatupkan kedua tangannya ke muka wajah. "Maaf, Jenderal Shan. Pemimpin kami menyampaikan kalau sudah beberapa bulan ini pasukan Han pimpinan Anda yang berada di gigir Sungai Onon telah meresahkan penduduk sekitar. Mereka kadang-kadang merampok dan memperkosa warga di dusun perbatasan. Itulah sebabnya saya diutus kemari untuk menyampaikan keresahan rakyat Mongol kepada Anda."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun