Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Magnolia dalam Seribu Fragmen Rana (3)

16 Maret 2021   21:29 Diperbarui: 16 Maret 2021   21:50 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi novel Magnolia dalam Seribu Fragmen Rana. (inprnt.com)

Liong adalah utusan
ia temurun Dewata dari langit
turun ke bumi atas nama cinta
ketika wangi darah
telah memekarkan kebatilan di tanah ini

Bao Ling
Liong

Waktu itu musim gugur di Tionggoan. Pohon-pohon dan rerumpunan bambu tampak merontokkan dedaunan, menyebarkan bangkai dedaunan yang menutup tanah dengan warna merah bata dari kejauhan.

Lalu, ada derap-derap langkah kaki kuda memecah kesunyian hutan bambu. Bangkai dedaunan beterbangan di belakang penunggang kuda dengan sampiran pedang di belakang punggungnya. Shan-Yu masih berusaha mengejar Kaisar Yuan Ren Zhan. Inilah upaya terakhirnya untuk menunaikan dendam yang telah berkecamuk sekian tahun di benaknya.

Lima tahun lalu, ia merasa dikhianati Kaisar Yuan Ren Zhan. Jenderal perang yang sudah mengabdi selama puluhan tahun itu, bahkan pada saat kekuasaan masih dipegang ayahanda Sang Kaisar, Yuan Ren Xing, penerus kekaisaran Dinasti Yuan dari generasi kedua. Ia merasa Kaisar Yuan Ren Zhan telah berlaku tidak adil terhadapnya. Pembagian wilayah kekuasaan per provinsi yang dipimpin seorang puak Istana, yang biasa disebut Kaisar Kecil di Tionggoan, itu ternyata tidak menyenangkan hatinya.

Shan-Yu merasa telah disepelekan dengan pemberian wilayah kekuasaan daerah-daerah tandus di sebelah utara. Sementara Pangeran Yuan Ren Qing, adik Sang Kaisar mendapat tempat daerah-daerah subur sebagai wilayah kekuasaannya di sebelah selatan.

Dianggapnya hal itu merupakan ketidakadilan yang menimbulkan kecemburuan status. Padahal menurutnya, selain berfoya-foya dan berhura-hura, Pangeran Yuan Ren Qing tidak memiliki kapabilitas apa-apa sebagai abdi negara yang baik. Ia mengajukan protes kepada Sang Kaisar, yang ditingkahi dengan pembangkangannya melalaikan tugas menjaga binara-binara di pos pengawasan Tembok Besar dari gangguan militan nomad Mongol.

Saat itu, Dinasti Yuan memang tengah menghadapi pemberontakan kecil dari musuh gurun pimpinan Temujin dan anak angkatnya, Kao Ching, yang masih mengembara dengan kekuatan kecil. Juga suku-suku Han yang mengklaim Tionggoan sebagai negara moyang dan leluhur mereka, yang terpampas bangsa Yuan.

Kaisar Yuan Ren Zhan murka luar biasa. Tembok Besar yang berhasil dilintasi beberapa pemberontak karena kurangnya pengawasan para prajurit pimpinan Shan-Yu telah mencoreng nama baik Dinasti Yuan. Selama ini Tembok Besar dianggap merupakan benteng terkuat di dunia. Tidak ada kerajaan manapun yang pernah berhasil melewati bangunan mahapanjang yang menutupi perbatasan Tionggoan dengan Mongolia itu.

Namun, kejadian memalukan itu telah meruntuhkan martabat Sang Kaisar. Terlebih-lebih ketika pejabat dan petinggi di negara-negara putih Barat telah mendengar kejadian miris itu. Pasti akan menjadi bahan gunjingan dan tertawaan di seluruh dunia. Maka dengan legitiminasinya sebagai panglima tertinggi angkatan perang Yuan, juga sebagai kaisar dari generasi ketiga Dinasti Yuan, maka Shan-Yu diberhentikan dari tugasnya sebagai jenderal dan pemimpin Angkatan Perang Tionggoan!

Tetapi mengingat jasa-jasa pengabdiannya selama ini, Shan-Yu masih diberi muka dengan ditugaskan sebagai wedana di pusat logistik militer Yuan di Yunan. Dengan begitu, praktis ia tidak punya kendali apa-apa atas militer Yuan lagi.

Shan Yu mendendam.

Dan ia menyusun siasat makar untuk melumpuhkan militer Yuan dengan bergabung diam-diam ke pihak pemberontak pimpinan Han Chen Tjing. Selama beberapa tahun, ia tetap sabar menjalankan tugasnya sebagai wedana di Yunan. Karena dari tugasnya tersebut, ia dapat dengan leluasa mengatur dan memainkan pasokan logistik bagi prajurit-prajurit Yuan di Ibu Kota Da-du dan daerah-daerah perbatasan Tionggoan-Mongolia.

Bukan itu saja. Ia pun telah bersekongkol dengan kalangan pemberontak Han untuk mencuri beras-beras berkualitas unggul, dan hanya menyisakan beras-beras bermutu rendah untuk prajurit-prajurit Yuan.

Pangkal pembelotannya telah menyebabkan melemahnya fisik prajurit-prajurit Yuan secara tidak langsung. Dan justru sebaliknya, merupakan kekuatan untuk kaum pemberontak Han yang mulai mengatur strategi penyerangan tak terduga suatu saat. Dalam masa-masa transisinya itulah Shan-Yu banyak memaparkan kelemahan militer Yuan. Juga titik-titik kekuatan dari prajurit-prajurit Kaisar Yuan Ren Zhan kepada Han Chen Tjing.   

Shan-Yu juga menyerahkan peta-peta yang merupakan titik sentrum kekuatan militer Yuan. Kekuatan militer Yuan berasal dari atas bukit-bukit di sepanjang perbatasan Tembok Besar. Dari arah atas bukit, mereka memiliki dua ratus ribu prajurit Divisi Kavaleri Danuh yang bersenjatakan busur-busur dengan anak-anak panah beracun. Racun mahamematikan tersebut berasal dari Lembah Dewi Racun, daerah ngarai terpencil yang sudah lebih dari seabad ditempati rahib-rahib perempuan beraliran Taoisme bernama Go Mei. Daerah lembah itu banyak ditumbuhi persik dari berbagai jenis, juga aneka tanaman berbisa seperti Mawar Berbisa dan Yang-liu Berbisa yang memiliki unsur racun mematikan.

Penyerangan dari lembah menuju bukit perbatasan Tembok Besar sama juga bunuh diri. Karenanya, ia menyarankan untuk tidak menyerang dari sana. Tetapi memutar arah ke utara, menyeberangi Danau Baikal di perbatasan Mongolia, dan menyerang dari arah belakang setelah melewati Sungai Onon.

 Daerah titik penyerangan yang dimaksud memang tidak terlalu terkawal. Selain dianggap tidak strategis, gigir Sungai Onon juga diabaikan karena terlalu deras untuk dilalui. Pos-pos penjagaan di daerah itu hanya diawasi tidak lebih dari seribu prajurit Divisi Infanteri. Melumpuhkan prajurit jaga itu sama mudahnya dengan memitis mati seekor kutu. Strategi itulah yang akan digunakan untuk menyerang Dinasti Yuan tidak lama lagi setelah mereka berhasil menggalang dan menghimpun kekuatan besar.

Meski memiliki banyak sumber daya manusia, tetapi pasukan pemberontak Han tidak didukung fasilitas persenjataan yang memadai. Untuk menghadapi prajurit dari Divisi Kavaleri Danuh, mereka memang harus menerapkan strategi jitu. Bertarung secara frontal dan terbuka dengan pasukan berpanah tersebut sama halnya dengan mengirim nyawa.

Itulah yang dipikirkan Shan-Yu sebagai antisipasi sebelum menyerang Ibu Kota Da-du, tempat Kaisar Yuan Ren Zhan berdiam. Maka setelah merenung, ia mengusulkan kepada Han Chen Tjing sang Pemimpin Han untuk menyiapkan dan membuat zirah tameng buat pasukan Han nantinya. Zirah yang dimaksud adalah baju-baju seragam yang terbuat dari lempengan-lempengan kulit kayu pohon mahoni, yang menutup nyaris seluruh tubuh kecuali wajah para serdadu.

Cara itu dianggap efektif dan efisien untuk melawan prajurit Yuan, khususnya dari Divisi Kavaleri Danuh yang berdeterminasi tinggi. Selain itu, zirah tersebut bisa dibuat secepat mungkin dengan biaya sedikit. Semua serdadu Han dipersenjatai dengan tombak sepanjang dua meter, dan dilengkapi dengan sebuah tameng kayu elips yang terikat di lengan kiri sebagai penahan gempuran anak-anak panah beracun.

Tentu saja piranti persenjataan sederhana itu dianggap terbaik untuk dapat menandingi kehebatan prajurit Yuan dari Divisi Kavaleri Danuh. Lesatan anak-anak panah beracun tersebut tidak akan langsung menembusi tubuh pasukan Han. Selain diharapkan meleset, anak-anak panah yang ditembakkan itu akan menancap pada zirah pasukan Han. Memang itulah sebagian dari strategi yang telah dipikirkan Shan-Yu jauh-jauh hari. Setelah itu, perlahan tetapi pasti mereka akan bergerak maju sembari menghabiskan semua persediaan anak-anak panah prajurit dari Divisi Kavaleri Danuh tersebut.

Shan-Yu tersenyum dengan rupa menang.

Tepat pada saatnya nanti, pasukan Han akan menyerang frontal dan besar-besaran seperti sekawanan semut merah yang merayapi Tembok Besar dan mengarungi Sungai Onon, kemudian mendaki bukit-bukit Tung Shao untuk memangsa dengan ganas prajurit-prajurit Yuan.

Ia terbahak dengan suaranya yang khas. Melengking menembusi dinding-dinding angkasa. Diangkatnya pedang ular peraknya tinggi-tinggi. Diacung-acungkan dan diputar-putarkannya seperti propeler sampai dedaunan yang mengerontang di tanah beterbangan membentuk pusaran selebar kubah Istana Da-du.

Kaisar Yuan Ren Zhan pasti tamat! (bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun