Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Magnolia dalam Seribu Fragmen Rana (2)

15 Maret 2021   08:48 Diperbarui: 15 Maret 2021   08:58 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi novel Magnolia dalam Seribu Fragmen Rana. (inprnt.com)

Pasukan Han Chen Tjing yang kembali berusaha melewati Tembok Besar memang banyak gugur sebelum mencapai Ibukota Da-du. Pasca penghancuran prajurit Yuan dari Divisi Infanteri, pasukan Han sama sekali tidak menyangka akan mendapat perlawanan sengit dari prajurit-prajurit wamil dan ribuan prajurit Divisi Kavaleri Ho Liong yang tangguh. Pasukan Han pun menipis. Dan ketika sampai di Ibukota Da-du, yang tersisa hanyalah beberapa perwira tinggi pemimpin pasukan Han.

Berkat strateginya yang jitu, juga didukung oleh ilmu silatnya yang tinggi, Shan-Yu berhasil memasuki Istana Da-du. Di dalam Istana Da-du, sebelum bertarung dengan sepasang pengawal kembar, Lu Shan dan Lu Shen, ia diadang tujuh pendekar Butong. Mereka adalah garda terkuat setelah sepasang pengawal kembar tersebut.

Jurus Formasi Tujuh Bintang pun digelar untuk mengadang laju Shan-Yu kala itu. Tujuh pendekar itu bergerak dinamis mengentak-entak lantai Istana Da-du, berputar-putar dan sesekali beterbangan gingkang membentuk jurus Menara Tujuh Pagoda, bersusun bahu per bahu. Pertarungan pun dimulai ketika tujuh pendekar itu menghunuskan pedang mereka masing-masing, melompat seperti katak ke arah Shan-Yu yang sudah menanti mawas dengan sepasang mata elangnya. Desingan-desingan dan denting pedang yang beradu di sekitar ruangan Kaisar Yuan Ren Zhan terdengar riuh. Shan-Yu menangkis setiap serangan dengan kibasan pedang ular peraknya. Kakinya membentuk kuda-kuda, menahan gempuran pedang pendekar Butong yang bertenaga dari segala arah.

Sementara pertarungan masih berlangsung, Kaisar Yuan Ren Zhan dengan dikawal oleh sepasang pengawal kembar dari Yin-tin segera melarikan diri lewat pintu rahasia belakang. Kaisar Yuan Ren Zhan mesti diselamatkan dari ancaman pembunuhan. Sepasang pengawal kembar itu bertugas menyelamatkan nyawa Sang Kaisar yang sudah di ambang kritis. Mereka melewati jajaran mayat dari kedua belah pihak yang bergelimpangan di tanah sebelum tiba di gerbang utama Istana Da-du. Di sana mereka disambut beberapa prajurit berkuda yang akan melarikan kaisar ke tempat aman.

Di dalam Istana Da-du yang megah itu masih terjadi pertarungan sengit. Shan-Yu tidak ingin membuang-buang waktu. Ia harus segera mencecar Kaisar Yuan Ren Zhan sebelum dilarikan oleh beberapa orang pengawal pribadinya. Kalau tidak, ia akan kehilangan segala-galanya!

Maka dengan menggunakan ilmu pamungkasnya, Bisa Pedang Ular Sakti, dilumpuhkannya tujuh rahib pendekar dari Kuil Butong di Bukit Wudan, Tionggoan Tenggara. Pedang ular peraknya mematuk tanpa ampun, tepat di dahi ke tujuh pendekar rahib berseragam jubah kelabu tersebut hanya dengan gerakan Tiga belas Titik Simpul Mati, totok pedang andalannya. Ketujuh pendekar rahib beraliran Taoisme itu terkulai, lalu tersungkur tak berdaya mencium tanah.

Shan-Yu terbang segesit walet. Hinggap di atas tektum Istana Da-du setelah melewati tembok-tembok tinggi istana, berjalan dengan tubuh seringan repih rambun di atas genteng, lalu menukik cepat serupa lintang kemukus ke arah dua pengawal kembar Sang Kaisar.

Dua silangan tombak dan golok dari Lu Shan dan Lu Shen mengadang gerakan Shan-Yu. Ia berhenti seperti capung dengan kedua belah tangan terpentang di udara. Menghindari tohokan tajamnya tombak berbisa Lu Shan dan sabetan golok besar Lu Shen yang, pada akhirnya hanya menerpa udara tanpa sasar. Sebuah jurus andalannya yang lain, Pedang Ular Terbang, menghindarinya dari maut!

Dan tanpa disangka-sangka kakinya menyepak udara, salto dan melesat lebih tinggi. Dikibaskannya pedang ular perak itu dengan gerakan konstan serupa propeler. Menukik ke bawah. Mengarah ke kereta tandu yang membawa Kaisar Yuan Ren Zhan kabur dari Istana Da-du, tepat simetris pada kepala Sang Kaisar di balik atap kereta tandu. Kedua pengawal kembar itu ternganga. Terlambat menyadari bahaya yang sudah di ambang mata!

Nyawa Kaisar Yuan Ren Zhan sudah tinggal hitungan detak jantung!

Sang Kusir berbalik dengan muka pucat. Mengayunkan pedangnya secepat kilat dengan sikap gugup, sampai sarung pedangnya terpental ke tanah. Ditahannya pedang ular perak Shan-Yu yang nyaris merobek tenda kereta tandu. Terdengar suara dentingan keras seperti dentangan martil mpu pedang yang sedang menempa baja di tungku bara. Pedang Sang Kusir mengerak sebelum patah menjadi dua. Sepasang pengawal kembar jawara wushu dari Yin-tin itu pun langsung melompat setelah menyadari pertarungan Sang Kusir sudah usai di sana. Dan ketika mereka tiba di atas samping kereta tandu, Sang Kusir yang juga merupakan pewushu handal itu telah tergeletak jatuh dengan dahi meretak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun