Saya tiba-tiba pingin ketawa. Kalau bisa, terbahak-bahak. Tapi itu  tidak saya lakukan. Sebab, dia, Arjuna Arief Santoso, telah mengajari saya sesuatu tentang kejujuran.
"Saya sudah lama naksir Kak Eyang. Sejak hari pertama MOS. Kak Eyang ingat, waktu itu Kak Eyang merupakan salah satu panitia."
Saya menelan ludah saya dengan susah payah. Dari pingin tertawa tadi tiba-tiba menjadi pingin menangis.
"Kak Eyang nggak marah, kan?"
Saya menggeleng. Perlahan berdiri dan meninggalkan dia duduk sendiri dengan wajah berharap-harap cemas. Hari ini saya telah mendapat sebuah pelajaran yang sangat berharga tentang kejujuran. Salah satu sisi putih hati manusia.
Boleh jadi Arjuna adalah orang sinting seperti yang dikatakan Rini pada saya. Boleh jadi. Tapi bagi saya, keterusterangannya kepada saya itu telah mewakili sifat bijak yang sudah jarang dimiliki oleh orang-orang.
Saya tinggalkan Fashion Cafe dengan hati baur. Arjuna menirus dalam pandangan saya. Dia bergabung dengan teman-teman lainnya yang tengah menata dekorasi panggung untuk acara perpisahan sekolah nanti malam. Wajahnya seperti bayi tanpa dosa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H