Tak apalah. Saya maklum. Mas Kumbang adalah jomblo alami. Hatinya masih suci, belum pernah terjamah meski banyak perempuan telah mengetahui keindahannya tapi belum ada yang berminat untuk mengeksploitasi apa lagi menginvestasikan cintanya pada mas Kumbang.
Lalu siapakah mbak Bunga yang dimaksud mas Kumbang tadi?
Oke, saya flashback sebentar.
Mbak Bunga, gadis manis yang energic, supel, pinter, dan berbagai nilai plus lainnya yang membuat hati mas Kumbang deg deg sir dan panas dingin setiap kali membayangkannya. Perkenalan mereka diawali ketika mbak Bunga and the gengs melakoni kegiatan kampus di kampung ini sebulan yang lalu. Tidak perlu berpeluh keringat apalagi sampai harus menguras seluruh stamina bagi mas Kumbang untuk menjatukan cintanya pada mbak Bunga. Kerlingan pertama mbak Bunga begitu menggoda, selanjutnya mas Kumbang semaput.
"Memangnya ada apa, mas?" saya balik bertanya sambil mengelus-elus jenggot. Terlahir tujuh belas tahun lebih dulu, saya harus bisa tampil bijak di depan mas Kumbang. Walaupun rumor tentang mas Kumbang yang jatuh hati pada mbak Bunga sudah santer terdengar, saya bersikap seakan-akan tidak tahu.
"Saya ingin memberi kado buat dik Bunga. Kira-kira isinya apa agar dik Bunga senang menerimanya?"
"Dia ulang tahun?"
"Tidak..."
"Terus, nawaitu-nya apa?"
"Sebagai tanda cinta..."
"Sampeyan sudah jadian?"