“Ya, iyalah, Jeng. Masak istri pejabat penampilannya ndeso begitu, terus kemana larinya duit suaminya? Ya, ke simpanannya,” jawab Bu yatmi sambil tertawa.
“Untung bukan bapaknya anak-anak. Saya sobek-sobek kalau dia berani macem-macem!” kata Bu Dewi sambil menggengamkan kedua tangannya di depan dada.
“Jalan, yuk, Jeng! Udah mau mulai acaranya,” ajak Bu Yatmi pada dua orang temannya. Mereka pun segera bergegas keluar melewati Ramadhan yang duduk di teras tanpa berkata apa-apa.
Tak lama kemudian, Ratih keluar ke teras menemui Ramadhan dan duduk di bangku sebelahnya. Dia terlihat cantik sekali. Memakai T-Shirt putih dengan paduan celana pendek ketat dari bahan jeans membuat hati Ramadhan semakin terpikat kepadanya.
“Mau ngasih apa, Mas?”
“Aku membelikan jilbab untuk kamu, Dik. Semoga dik Ratih suka memakainya,” jawab Ramadhan sambil menyodorkan sebuah bingkisan kepada Ratih. Gadis itu nampak ceria sekali menerimanya.
“Pasti suka, dong. Kan, spesial dari mas Adhan.”
“Dik Ratih, kapan kita bisa bukber bareng?”
“Liat nanti aja, Mas. Besok kalau bisa pasti saya SMS.”
“Aku tunggu, ya.”
“Oke.”