Mohon tunggu...
Efendi Rustam
Efendi Rustam Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya memiliki ukuran moral dan persepsi sensualitas yang mungkin berbeda dengan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pesan dari Gunung Indrakila

20 Juni 2015   02:21 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:37 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

 

Lakon Begawan Ciptoning adalah contoh jelas tentang laku pengendalian diri. Ketika mempunyai keinginan, tempat untuk memohon Arjuna adalah pada yang Maha Kuasa (Kailasa) dengan cara mendekatkan diri kepada-Nya. Laku tapa brata yang dia jalani adalah bentuk sebuah proses kerja keras. Dia tidak menyembunyikan diri dari kedatangan tujuh bidadari yang menawarinya kenikmatan duniawi, dengan kejernihan pikir akan tujuan utamanya, dia berhasil mengendalikan dirinya sehingga tidak jatuh dalam godaan yang diberikan para wanita-wanita cantik tersebut.

 

 

Tanya jawab seorang tua renta dengan Arjuna. Mengapa seorang yang bertapa brata mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa membawa senjata? Arjuna menjawab, senjata tersebut adalah dharma seorang ksatria. Selama proses spiritual, Arjuna tidak pernah melupakan tugas-tugasnya di dunia sebagai seorang ksatria yang digambarkan dengan melindungi penduduk desa lewat cara membunuh babi hutan. Bahwa selama proses laku tapa brata (pengendalian diri), kewajiban dunia dan spiritual harus tetap berjalan seimbang. Mengejar nilai spiritual tanpa melupakan kewajiban dunia, begitu juga sebaliknya, mengejar nilai dunia tanpa melupakan kewajiban spiritualnya.

 

 

Setelah mendapatkan pusaka dari dewa Siwa, Arjuna lalu berperang melawan raja raksasa Niwatakawaca. Arjuna menggambarkan bahwa dalam proses pengendalian diri, dia tetap bisa menebar kebaikan pada masyarakat banyak. Setiap orang bisa memberi manfaat kepada orang lain. Yang kuat melindungi yang lemah, yang pintar mengajari yang bodoh, yang kaya membantu yang miskin, dan yang besar menuntun yang kecil.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun