Mohon tunggu...
Efendi Rustam
Efendi Rustam Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya memiliki ukuran moral dan persepsi sensualitas yang mungkin berbeda dengan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humor

Meliput Jumpa Pers Sang Mantan Kandidat

12 Juli 2012   19:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:01 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Sore ini  saya tiba di bandara. Pelayanan yang ramah dari maskapai penerbangan milik pemerintah membuat waktu tidak terasa kalau saya telah menempuh perjalanan selama tiga jam. Karena masih ada banyak waktu, saya memutuskan untuk istirahat sejenak dengan jalan-jalan sambail mencari view yang bagus untuk mengambil beberapa jepretan foto di lobi bandara. Suasana nyaman, rapi dan bersih terlihat jelas di setiap sudut. Semua petugas bandara sangat cekatan dalam melayani setiap calon penumpang, antrian yang tertib, serta parkir kendaraanpun tertata dengan apik. Sungguh kinerja yang profesional walaupun pemandangan serupa ini dapat dengan mudah saya jumpai pada setiap bandara, terminal dan stasiun di negeri ini. Karena sebagai wartawan senior dari sebuah media besar, saya sering berkeliling Indonesia untuk mengabarkan peristiwa-peristiwa penting kepada pembaca.

Saya lebih memilih bus walaupun ada kereta subway yang tak kalah nyamannya untuk melanjutkan perjalanan ke pusat kota. Seperti kebanyakan kota-kota di Indonesia, lalu lintas kota ini  sangat lancar, meski tidak ada petugas, semua kendaraan berhenti dan melaju dengan sangat tertib di setiap perlintasan jalan. Ini adalah hal yang sangat saya suka  bahkan sering kali saya dengan bangga menceritakan tentang kedisiplinan masyarakat negeri ini kepada teman-teman sesama wartawan dari luar negeri. Untuk sesaat bus berhenti di halte dan nampak senyuman manis tersungging dari seorang wanita petugas bus ketika membantu seorang penumpang disable untuk turun. Sepanjang perjalanan saya habiskan untuk menimakti semua bentuk keberhasilan pembangunan kota.

Seorang pria mempersilahkan saya untuk memasuki ruangan ketika saya sudah sampai di Balai Kota. Suasana begitu hening ketika terdengar langkah kaki seorang pria setengah baya menuju meja konferensi. Wajahnya begitu tenang, sorot matanya yang tajam menggambarkan kewibawaan yang sarat dengan kebijaksanaan selama beliau menjabat sebagai orang nomor satu di kota ini. Sama dengan pemimpin-pemimpin sebelumnya, Beliau bersama pemimpin-pemimpin daerah lainnya di Indonesia telah berhasil menciptakan sistem pemerintahan yang bersih dari segala bentuk korupsi pada setiap pelayanan kepada seluruh warganya. Tapi lebih daripada itu, ada hal lain yang menjadikan Beliau dengan mudah dikenali masyarakat yaitu kumisnya.

Siang tadi kota ini sukses menggelar Pilkada dengan Beliau sebagai salah satu kandidatnya. Quickcount yang telah selesai melakukan perhitungannnya adalah alasan mengapa Beliau menggelar jumpa pers ini. Hal lazim yang dilakukan semua kandidat di hampir semua daerah ketika telah selesai melaksanakan pilkada.

"Asalamuallaikum.......".

"Terima kasih atas kehadiran rekan-rekan wartawan semua. Seperti yang telah kita semua ketahui bersama bahwa di hari ini kita telah sampai pada perjalanan panjang. Masyarakat telah memilih dan mereka berbicara secara jelas. Apapun perbedaan kita, kita semua adalah sama warga negara. Pada kesempatan ini dan nanti, saya desak semua masyarakat yang mendukung saya untuk bersama saya tidak hanya memberi selamat kepada Beliau, tetapi menawarkan kepada pemimpin kita mendatang kehendak baik kita dan usaha yang sungguh-sungguh untuk bersama-sama mencari jalan, berkompromi, menjebatani perbedaan kita, dan membantu meningkatkan kesejahteraan, pembangunan, pendidikan, menciptakan kesehatan dalam iklim yang berbahaya ini, dan mewariskan kepada anak cucu kita sebuah kota yang lebih baik dan lebih humanis dibanding yang kita warisi".

Beliau berhenti sejenak untuk sekedar mengusap kumisnya sebelum melanjutkan bicara lagi.

"Kalau hari ini saya kalah, itu bukan kegagalan anda semua, tatapi kegagalan saya".

"Hari ini sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya, tidak ada dalam hati saya kecuali kecintaan saya pada kota ini dan kepada seluruh warganya, apakah mereka mendukung saya atau dia. Saya mendoakan orang yang sebelumnya adalah lawan saya semoga berhasil dan menjadi pemimpin saya."

...................

Byuuurrrr......!!!

Saya kaget ketika mendapati seluruh tubuh sudah basah kuyup. Suara Simbok menggelegar di telinga saya, "Bangun...bangun..!!! Dari tadi weduse mbak-mbek wae belum dikasih makan, kono ngarit dhisik !!"

"Tapi, Mbok....., aku pengen kuliah biar isoh kerja neng kantor berita. Masak cuma ngariiit terus..??"

"Oalah, Le...le..., mbok ojo mimpi !!", kata Simbok sambil berlalu ke dapur. Ya, ternyata semua tadi  masih sebatas mimpi. Andai engkau tahu Mbok, meski kita rakyat miskin dan diriku hanya tukang ngarit tapi kita tetap diperbolehkan punya mimpi tentang Indonesia.

(Sumber Bahan: Pidato John McCain)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun