Mohon tunggu...
Efendi Rustam
Efendi Rustam Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya memiliki ukuran moral dan persepsi sensualitas yang mungkin berbeda dengan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[FKK] Romantika 31

14 Juni 2014   00:26 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:50 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

...Nanti sore aja makan di alun2 Sukoharjo...

*******

"Mar, kamu beda malam ini...", kataku.

"Beda kenapa, mas...?".

"Tambah cantik...", pungkasku sambil menghindari cubitan Mar. Norak, lebay, kampungan! Ah, biarkan saja orang-orang disekitarku pada tersenyum mencibir melihat tingkah polah kemesraanku dengan dik pacar malam ini. Menikmati lesehan Mbak Denok bersama Mar di sisi timur alun-alun sebenarnya bukan lagi hal yang menarik, entah sudah keberapa kalinya kita makan disini. Namun tidak untuk malam ini, kecantikan Mar yang mungkin hanya masuk kategori tingkat setengah RT telah membuatku bersyukur pada momen terindah yang telah Tuhan berikan. Dulu, ketika masih jomblo, aku beranggapan bahwa hal terindah itu adalah terdampar di pulau tak berpenghuni bersama Syahrini.

Babak baru kehidupanku akan segera dimulai. Besok pagi, aku akan menjalani ritual nemu bocah sebagai penolak bala lusan agar bisa melangsungkan pernikahan dengan Mar. Mbah Manto telah menyusun sebuah skenario cerita cintaku. Mas Parno akan memboncengkanku ke pasar Tawangsari dan meninggalkan aku seorang diri disana, kemudian bapaknya Mar akan datang menghampiriku dengan dialog yang telah dipersiapkan.

"Ini kok ada anak lelaki sendirian disini, kasihan sekali. Kamu orang mana le...?"

"Saya bingung, pak. Saya tersesat, tidak tahu jalan pulang..."

"Ya udah, begini saja. Kamu ikut aku pulang dan akan aku angkat jadi anakku biar bisa bantu-bantu kerja...".

"Matur nuwun, pak...", kataku menyetujui tawaran bapaknya Mar lalu mengikutinya pulang. Sesampai di rumah, bapaknya Mar berteriak-teriak pada para tetangga sekitar, "Wahai, mbah, pakde, paklek, kangmas, mbakyu, aku nemu anak...!! Nemu anak...!!", sedangkan ibunya Mar menyiapkan kenduri syukuran karena akan mengangkat anak baru. Setelah menjadi anak angkatnya, bapak dan ibunya Mar berencana menikahkanku dengan Mar. Dan, karena aku telah melepas semua identitas dari keluarga asliku maka segala hal buruk tentang lusan otomatis tidak berlaku lagi atau telah ditawarkan. Nanti, di hari pernikahan, bapak dan ibuku dengan mengajak segenap saudara dan handai taulan akan datang bukan sebagai rombongan lamaran dari mempelai pria melainkan mencari anaknya yang hilang. Mereka mendengar kalau bapaknya Mar telah mengangkat anak dan mereka ingin memastikan itu anaknya atau bukan. Setelah yakin kalau mempelai pria adalah anaknya, mereka menyerahkan seserahan sebagai ucapan terima kasih karena telah merawat anaknya dengan baik bahkan sangat senang sekali karena bersedia menikahkan sekalian, lalu memberikan restunya kepada kedua mempelai.

--- oOo ---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun