Mohon tunggu...
Yulius Efendi
Yulius Efendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sedang Menjalankan Studi

Laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Merdeka Belajar", Filosofi Kualitas Pendidikan

3 Agustus 2020   00:21 Diperbarui: 3 Agustus 2020   00:45 1693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan dipandang sebagai suatu hak dalam upaya pengembangan pengetahuan bagi manusia. Manfaat filsafat pendidikan sebagaimana yang dikatakan Nasution (1982) bahwa, a) filsafat pendidikan dapat menentukan arah kemana anak-anak harus dibawa. 

Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan masyarakat untuk mendidik anak-anak ke arah yang dicita-citakan masyarakat; b) dengan adanya tujuan pendidikan (yang diwarnai oleh filsafat yang dianut), kita mendapat gambaran yang jelas tentang hasil yang harus dicapai, individu yang bagaimanakah yang harus kita hasilkan dengan usaha pendidikan; c) filsafat dan tujuan pendidikan menentukan cara dan proses untuk mencapai tujuan itu; d) filsafat dan tujuan pendidikan memberi kesatuan yang bulat kepada segala usaha pendidikan; e) tujuan pendidikan memungkinkan si pendidik menilai usahanya, sampai di manakah tujuan itu tercapai; f) tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi kegiatan-kegiatan pendidikan. Kita lebih giat mengajar dan mendidik anak kalau kita jelas melihat tujuannya Dalam perspektif filsafat pendidikan, pandangan tersebut selanjutnya dikembangkan menjadi teori pendidikan. 

Orientasi pendidikan yang dikemukakan tersebut setidaknya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok teori, yakni (1) menekankan pada sumber daya manusia, (2) menekankan pada revitalisasi budaya dan (3) teori yang menekankan pada rekonstruksionisme (Bamadib, 1988). Progressivisme termasuk pada kelompok teori sumber daya manusia, essensialisme dan perennialisme termasuk pada teori revitalisasi budaya, sedangkan yang termasuk dalam rekonstruksionisme adalah teori yang menekankan pada sekolah sebagai bagian dari masyarakat.

Arah pendidikan dalam perspektif lain, dilihat dari filsafat pendidikan dapat dikelompokkan menjadi empat aliran atau teori yang dikenal, yakni (a) pendidikan klasik, (b) pendidikan pribadi, (c) pendidikan teknologis, dan (d) pendidikan interaksionis. (Sukmadinata, 1988:8-14). Teori pendidikan klasik menurut Ornstein dan Levine (1985:193-198) memandang bahwa seluruh pengetahuan, ide atau nilai-nilai telah ada dan ditemukan sebelumnya, sehingga pendidikan berfungsi memelihara, melestarikan dan meneruskan semua warisan budaya kepada generasi selanjutnya Isi dari pendidikan merupakan aspek yang menjadi perhatian utama dibandingkan dengan proses bagaimana mengajarkan isi pendidikan tersebut. Isi pendidikan bersumber dari ilmu pengetahuan yang telah ada sebelumnya sebagai suatu disiplin sehingga telah tersusun secara logis dan sistematis.

Dengan demikian pada teori pendidikan klasik menekankan pada perkembangan segi intelektual daripada segi emosional dan psikomotor. Terdapat setidaknya dua model teori dari aliran ini, antara lain: perrenialisme dan essensialisme. Perrenialisme dan essensialisme mendasarkan pada pandangan bahwa masyarakat bersifat statis, sehingga penetapan bidang studi dan mata pelajaran ditentukan bukan oleh kebutuhan masyarakat melainkan oleh kelompok ahli dan diarahkan pada perkembangan kemampuan berfikir. Perrenialisme mulai berkembang di Eropa dalam masyarakat aristokrasi agraris yang berorientasi ke masa lampau dan kurang mementingkan tuntutan masyarakat yang berkembang dinamis. Perrenialisme lebih menekankan pada aspek kemanusiaan, pembentukan pribadi dan sifat-sifat mental, sehingga berimplikasi pada penekanan isi pengajaran yang bersifat pendidikan umum (PU) General Education atau liberal art. Akibatnya model pengajaran eksp simulasi menjadi lebih dominan. Aliran perrenialisme merupakan paham filsafat pendidikan yang" menempatkan nilai pada supremasi kebenaran tertinggi yang bersumber dari Tuhan.

Karakteristik atau cara berpikirnya berakar dari filsafat realisme yang meletakan keseimbangan antara moral dan intelektual dalam konteks kesadaran spiritual. Dengan menempatkan kebenaran supranatural sebagai sumber tertingi, maka nilai dalam pandangan aliran perrenialisme selalu bersifat theosentris. Harga nilai telah ditetapkan oleh Tuhan dan upaya manusia harus selalu diarahkan pada tujuan pencapaian nilai yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Dalam mencapai kebaikan dan kebenaran, manusia perlu berikhtiar. Ikhtiar manusia dipandang sebagai usaha praktis yang berada dalam suasana hidup yang rasional namun tetap terikat oleh kekuasaan pertama, yaitu Tuhan. Untuk itu suatu kemestian yang perlu dialami manusia adalah mencoba memilih dan menentukan nilai secara seimbang antara kebutuhan dirinya dengan apa yang diperintahkan Tuhan. Ketika manusia mampu mencapai nilai-nilai teologis yang dirujukkan pada kekuasaan Tuhan, maka ia akan sampai pada nilai universal. Nilai universal bersifat tetap dan kebenarannya diakui oleh semua manusia, di manapun dan kapanpun. Karena itu menurut aliran perrenialisme, penyadaran nilai dalam pendidikan harus didasarkan pada nilai kebaikan dan nilai kebenaran yang bersumber pada wahyu dan hal itu dilakukan melalui proses penanaman nilai pada peserta didik.

Pendidikan menurut aliran perrenialisme bahwa kebenaran sebagai hal yang konstan, abadi atau perennial, tujuan pendidikan memastikan bahwa para peserta didik memperoleh pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau gagasan-gagasan besar yang tidak berubah, prinsip pendidikan perrenialisme secara umum yakni, tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup, yakni untuk mencapai kebijakan dan kebajikan. Pendidikan juga harus sama bagi semua orang, dimanapun dan kapanpun ia berada, begitu pula tujuan pendidikan harus sama, yaitu memperbaiki manusia sebagai manusia, Hut chin; Kneller (1971) "A fan may very from society to society, ...but thefuction of man, is the same in every age and every society, since it results from his nature as a man. The aims of educational system can exist: it is to improve man as man " Rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi. Manusia harus menggunakannya untuk mengarahkan sifat bawaannya, sesuai dengan tujuan yang ditentukan. Manusia adalah bebas, namun mereka harus belajar, untuk memperhalus pikiran dan mengontrol seleranya. Bila anak gagal dalam belajar, guru tidak boleh dengan cepat meletakkan kesalahan pada lingkungan yang tidak menyenangkan, atau pada rangkaian peristiwa psikologis yang tidak menguntungkan. Guru harus mampu mengatasi semua gagasan tersebut, dengan melakukan pendekatan secara intelektual yang sama bagi semua siswa. Tidak ada anak yang diizinkan untuk menentukan pengalaman pendidikannya yang ia inginkan. Robert (1971) merangkum tugas pendidikan adalah bahwa dalam pendidikan mengandung mengajar, dalam mengajar mengandung pengetahuan, dalam pengetahuan mengandung kebenaran, dalam kebenaran di manapun tetap sama, maka pendidikan di manapun seharusnya sama. Tugas pendidikan menurut filasafat perennialisme adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti, dan abadi. Kurikulum diorganisasi dan ditentukan terlebih dahulu oleh orang dewasa, dan ditujukan untuk melatih aktivitas akal, untuk mengembangkan akal. Anak harus diberi pelajaran yang pasti, yang akan memperkenalkannya dengan keabadian dunia. Peserta didik tidak boleh dipaksa untuk mempelajari pelajaran yang tampaknya penting suatu saat
saja.

Begitu pula kepada anak jangan memberikan pelajaran yang hanya menarik pada saat-saat tertentu yang khusus. Yang dipentingkan dalam kurikulum adalah mata pelajaran "general education yang meliputi bahasa, sejarah, matematika, IPA, filsafat dan seni, dan 3 R's (membaca, menulis, berhitung). Mata-mata pelajaran tersebut merupakan esensi dari genaral ducation. Seperti halnya Phnix (1956) mengungkapkan enam makna esensial dalam general ducation, yakni 1) Empirik (ilmu pengetahuan tentang dunia fisik, benda hidup) 2) Estetik ( seni musik, visual, gerak dan sastra); 3) Etik (moral-etika); 4) Sinoptik (sgama, filfafat, sejarah); 5) Sinoetik (pengetahuan pribadi, kepribadian, hubungan Aku-Tuhan); 6) Simbolik (Bahasa asli,matematika, bahasa simbol). Pendidikan perrenialisme bukan merupakan peniruan dari hidup, melainkan merupakan suatu persiapan untuk hidup. Sekolah tidak pernah menjadi situasi kehidupan nyata. Sekolah bagi peserta didik merupakan peraturan- peraturan yang artifisial, dimana ia berkenalan dengan hasil yang terbaik dari warisan sosial budaya. Peserta didik diajak mempelajari karya-karya besar dalam literatur, yang menyangkut sejarah, filsafat dan seni, begitu pula dalam literature yang berhubungan dengan kehidupan sosial, terutama politik dan ekonomi.

Ide pokok pemikiran perrenialisme adalah dalam menghadapi krisis kebudayaan modern, seperti diuangkapkan Brameld (1955:34): The one central belief upon which agreement among perrenialists is universal is that, if our sick culture and our still sicker education are to be restored to health, we shall need first to restore to their positions of prestige and guidance the greatenst "doctors" of all time. With their help, far more than with that of any others, we can hope to diagnose accurately our deep troubles and to construct a curative program that will prevent the chaos and death now threatening to devastate the earth. 

Satu asas pusat kepercayaan yang disepakati penganut perennialisme secara universal ialah, jika kebudayaan dan pendidikan kita sekarang diumpamakan orang sakit, dan kita ingin mengembalikannya kepada bimbingan "dokter" yang terbesar sepanjang sejarah. Dengan pertolongannya, kita akan dapat berharap adanya diagnose yang tepat daripada gangguan-gangguan yang telah sedemikian mendalam (parah) dan dapat membina rencana penyembuhan yang mampu mencegah kematian yang sekarang mengancam untuk membinasakan bumi (kebudayaan yang ada). Penganut perennialisme sependapat bahwa latihan dan pembinaan berpikir mental yang disiplin adalah salah satu kewajiban tertinggi dari belajar, atau keutamaan dalam proses belajar (yang tertinggi). Karena belajar ini tidak saja secara psikologis berpangkal pada kepercayaan tentang daya jiwa, potensi-potens  jiwa faculty-psychology, tetapi juga secara filosofis bersumber pada asas hylomorphisme (potensialitas menuju aktualitas). Pendidikan dalam pandangan essensialisme lebih menekankan pada pengembangan ilmu (science), sehingga bersifat lebih pragmatis.

Gerakan pendidikan essensialisme yang memprotes terhadap skeptisisme dan sinisme dari gerakan progressivisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/sosial. Menurut essensialisme nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah selama beratus tahun, dan didalamnya berakar gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu. Dalam perspektif di atas, pendidikan diarahkan untuk mempersiapkan generasi muda terjun ke dunia kerja dalam kehidupan sosial dengan orientasi masa kini dan masa depan. Tujuan pendidikan menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang bertahan sepanjang waktu dan berharga untuk diketahui semua orang. Pengetahuan diikuti oleh keterampilan, sikap dan nilai yang tepat, membentuk unsur inti (esensi) dari sebuah pendidikan, dan pendidikan bertujuan untuk mencapai standar akademik yang tinggi, pengembangan intelek atau kecerdasan. Dengan demikian akan berimplikasi pada bentuk pengajaran yang lebih diarahkan pada pembentukan keterampilan. Maka tujuan utama pendidikan yang baik dalam pandangan essensialisme adalah untuk (a) memperoleh pekerjaan yang lebih baik, (b) dapat bekerja sama dengan orang lain dengan baik, dan (c) memperoleh penghasilan  yang memadai. Pendidikan dipandang sebagai langkah meraih kesuksesan secara ekonomis. Pada awalnya model pendidikan progressivisme dibawa oleh Francis Parker dari Eropa ke Amerika Serikat dan berkembang pesat melalui usaha John Dewey yang menerapkan prinsip belajar learning by doing. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun