Positivisme merupakan sistesis dari empirisme dan rasionalisme. Dengan mengambil titik tolak empirisme, dan dipertajam dengan eksperimen, sehingga secara objektif menentukan validitas dan reliabilitas pengetahuan. August Compte (1798-1857) berpendapat bahwa indra itu sangat penting dalam memperoleh pengetahuan, namun harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera akan dapat dikoreksi lewat eksperimen.
d). Intuisionisme
Intuisi tidak sama dengan perasaan, namun merupakan hasil evolusi pemahaman yang tinggi yang hanya dimiliki manusia. Kemampuan ini yang dapat memahami kebenaran yang utuh, tetap dan unik. Henri Bergson (1859-1941) beranggapan bahwa tidak hanya indera yang terbatas, akal juga terbatas.Â
Dengan memahami keterbatasan  indera dan akal, Bergson mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi. Pengembangan kemampuan ini memerlukan suatu usaha, sehingga dapat memahami kebenaran yang utuh, yang tetap dan unique. Intuisi dalam hal ini menangkap objek secara langsung tanpa melalui pemikiran.
3). Â Aksiologi
Aksiologi adalah studi filosofis tentang nilai dari sesuatu. Aksiologi mengajukan pertanyaan-pertanyaan: Apa itu nilai? Darimana nilai-nilai berasal? Bagaimana kebenaran nilai itu? Bagaimana kita tahu apa yang berharga? Apa hubungan antara nilai-nilai dan pengetahuan? Apakah ada jenis nilai?Â
Apakah dapat dinyatakan bahwa satu nilai lebih baik dari yang lain? Siapa yang diuntungkan dari nilai-nilai?. Pertanyaan tentang nilai-nilai berkaitan dengan pengertian tentang tanggapan seseorang atau masyarakat terhadap sesuatu baik atau lebih baik. Aksiologi, seperti metafisika dan epistemologi, berdiri di bagian paling dasar dari proses pendidikan (Ornstein dan Levine, 2008).
Aspek utama pendidikan adalah pengembangan nilai-nilai. Dalam ruang kelas penampilan aksiologis seorang guru dalam penghayatan moral tidak dapat disembunyikan. Aksiologi memiliki dua kajian utama yaitu etika dan estetika. Etika adalah studi tentang nilai-nilai moral dan tindakan moral. Teori etika memberikan nilai-nilai yang tepat sebagai dasar untuk tindakan yang tepat. Apa yang baik dan jahat, benar dan salah? Apakah dibenarkan  mengambil sesuatu yang bukan milik Anda? Dengan demikian, sekolah harus mengajarkan konsep-konsep etis untuk siswa.
Cabang utama kedua dari aksiologi adalah estetika. Estetika adalah ranah nilai keindahan dan seni. Â Pengalaman estetis terikat pada dunia kognitif intelektual, tetapi juga melampaui kognitif ke ranah afektif karena fokusnya pada perasaan dan emosi.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa, aksiologi mempelajari mengenai manfaat apa yang diperoleh dari pendidikan, menyelidiki hakikat nilai, serta berisi mengenai etika dan estetika. Dasar aksiologis pendidikan mengacu pada kemanfaatan teori pendidikan sebagai ilmu yang otonom dan juga diperlukan untuk memberikan dasar yang baik bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab.Â
Dikatakan demikian, karena era kontemporer kini merupakan era yang dililiti kebingungan besar yang terus bergejolak. Perang dan konflik terus berlangsung tanpa henti, terorisme, kehancuran, pembakaran, penculikan, pembunuhan, penyalahgunaan narkoba, alkohol, percabulan, keretakan keluarga, ketidakadilan, korupsi, penindasan, konspirasi, dan fitnah, yang terjadi di seluruh dunia.Â